search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Hipospadia, Kelainan Pada Lubang Kencing Penis
Minggu, 21 Maret 2021, 12:25 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/Hipospadia, Kelainan Pada Lubang Kencing Penis

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Tanya: “Dok, saya jadi ingin segera memeriksakan anak saya, karena jadi teringat kalau anak saya yang masih baru lima bulan sekarang jangan-jangan juga mengalami hipospadia. Karena saya memang lihat jelas, kelaminnya laki-laki, tetapi lubang kencingnya agak di bawah kelaminnya, jadi kalau pipis jadinya memencar kemana-mana. Bagaimana sebaiknya anak saya dok, karena saya tidak diberikan penjelasan sebelumnya tentang hal ini.” (Ibu Yanti, 32, Bantul). 

Jawab: Memang berita ramai tentang Aprilia Manganang, mantan atlit bola volley nasional yang saat ini bergabung di kesatuan TNI Angkatan Darat, yang baru saja menyelesaikan operasi tahap pertama untuk memperbaiki keadaan organ kelaminnya, mengundang perhatian banyak orang. Karena diumumkan langsung oleh Jenderal Andika Perkasa, pimpinan tertinggi TNI Angkatan Darat. Disebutkan Aprilia mesti melakukan operasi rekontruksi karena kondisi medisnya yang disebut hipospadia.

Biar lebih paham, dijelaskan dulu, apa itu hipospadia? Hipospadia adalah suatu kondisi ketika lubang kencing penis tidak berada di lokasi yang biasa di ujung penis, tetapi ada pada bagian bawah penis. Ini adalah kondisi bawaan yang relatif jarang. Karena ini adalah kondisi bawaan, maka sudah terlihat pada bayi. Karena lubang kencing ada di bagian bawah penis, maka pengidap hipospadia tidak bisa melakukan buang air kecil seperti anak laki-laki biasa, jadi air kecil akan terpancar muncrat menyebar atau beser seperti pada anak perempuan. Jika kondisi ini ketahuan dan disadari sejak awal, bisa dilakukan penanganannya lewat tindakan operasi. Jika tidak dilakukan operasi rekontruksi, tentu saja permasalahan hipospadia akan dialami seumur hidup. 

Apa saja penyebab hipospadia? Sampai saat ini diduga penyebabnya adalah: 1) Memiliki anggota keluarga dengan hipospadia 2) Paparan asap rokok dan makanan yang dirawat dengan penggunaan pestisida selama kehamilan 3) Hambatan kerja hormon testosteron sehingga pertumbuhan penis tidak sempurna 4) Usia ibu hamil di atas 40 tahun.

Karena saat awal terlihat bayi menyemprot saat buang air kecil, dan bukan lewat ujung penis, dan terkadang tampilan kelamin juga membingungkan, orang tua dan orang yang membantu kelahiran juga tidak detail memperhatikan kelamin anaknya yang baru lahir, bisa jadi kemudian menganggap bayi yang lahir adalah bukan laki-laki, cenderung perempuan. Terlebih kemudian tidak dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium, penunjang radiologi, dan juga konfirmasi genetik karena ketidak tahuan dan ketiadaan biaya, maka sejak awal bayi laki-laki dengan hipospadia dibiarkan saja dan diperlakukan sebagai anak perempuan. Tetapi jika diketahui sejak awal, operasi memperbaiki saluran kencing dapat dilakukan sebelum bayi berusia 18 bulan.

Pada kebanyakan kasus, pengidap hipospadia bisa tetap dikenali sebagai anak laki-laki, tetapi terkadang aja juga sejak awal ditentukan sebagai anak perempuan. Kenapa bisa ditebak sebagai perempuan? Kemungkinannya bisa saja karena saat lahir hipospadia yang terjadi juga memunculkan gambaran yang isebut Ambiguo Genetalia, atau kebingungan tampilan fisik kelaminnya, karena tidak terlihat seperti bentuk penis yang normal, disertai buang air kecil tidak dari ujung penis, yang terpancar muncrat menyebar seperti anak perempuan. Selanjutnya didaftarkan identitasnya sebagai perempuan, lalu diperlakukan sebagai perempuan hingga saat ini. 

Mungkin seperti itu yang terjadi pada kasus Aprilia. Saat ini karena perubahan bentuk tubuh dan agresifitas fisik yang terlihat maskulin, baru dilakukan pemeriksaan lengkap hingga baru dipastikan yang bersangkutan adalah seorang laki-laki yang mengalami hipospadia. Akhirnya dilakukan tindakan operasi rekontruksi pada organ kelamin untuk selanjutnya dilakukan operasi ulangan untuk menyempurnakan hasil. Upaya berikutnya untuk adaptasi psikis dan mentalnya, sepertinya akan tidak sulit, karena yang bersangkutan terlihat menerima dan senang dengan kondisi baru sebagai laki-laki.

Jadi kembali lagi, jika orang menemukan dugaan kasus Hipospadia pada anaknya, janganlah dibiarkan, sebaiknya segera kembali berkonsultasi dengan dokter. Jika memang yang terjadi adalah anak laki-lakinya mengalami Hipospadia, untuk selanjutnya dapat dilakukan operasi rekontruksi saluran kencing ke posisi anatomis yang benar dan kemungkinan juga diterapi hormonal untuk menstabilkan ke level hormonal reproduksi dan seksual yang sepantasnya pada usianya. Juga bisa dimungkinkan dilakukan pendampingan psikologis untuk stabilisasi keadaan mentalnya, menyangkut kondisi dan perubahan yang akan terjadi.
 

Reporter: bbn/oka



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami