search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pariwisata Lesu, Bos ATV Beralih Usaha Beternak Kambing Etawa
Selasa, 1 Juni 2021, 19:15 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

I Made Raka, 43, pemilik Raka Adventure di Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati berinovasi memutar haluan usaha karena sejak pandemi covid-19 melanda membuat lesunya geliat pariwisata. 

Mulanya, Made Raka nyaman dengan usaha wisata adventure ATV yang dibuka sejak Tahun 2015. Jumlah wisatawan yang menikmati wahana ini kisaran 100an per hari. Namun saat pandemi, selama hampir setahun nihil kunjungan. Hal ini yang membuatnya berinovasi, menampilkan sesuatu yang beda yakni beternak kambing etawa. 

Menurutnya, susu kambing sangat diminati di musim pandemi ini untuk menjaga daya tahan tubuh. Di samping berkhasiat menyembuhkan beragam penyakit, seperti maag dan asam lambung. Bahkan sudah terbukti 4 pasutri yang lama belum dikaruniai momongan, bisa hamil setelah terapi susu kambing. 

"Sudah ada 4 pasutri yang datang mengucapkan Terima kasih. Ada dari Sukawati, Negara Batuan, Klungkung dan Bangli," ujarnya saat ditemui, Selasa (1/6). 

Alumni SMAN 1 Sukawati ini mencoba beternak Kambing Etawa memanfaatkan lahan parkir ATV. Made Raka belajar langsung cara beternak ke Banyuwangi, Jawa Timur. Made Raka mengatakan mulai beternak sejak Agustus 2020 lalu. "Saat itu pariwisata tutup total, nol penghasilan," ujarnya. 

Membuatnya harus memutar otak mencari penghasilan alternatif selain pariwisata. Beternak Kambing etawa ini diakui awalnya coba-coba. Namun karena nilai investasinya cukup besar, Made Raka serius menekuni peternakan kecilnya ini. Tiga unit mobil dijual untuk tambahan modal. Nilai investasinya sekitar Rp 600 juta. 

Memulai dengan memelihara 20 ekor kambing etawa betina. Ketika itu, susu seekor kambing diperah 2 kali dalam sehari. Susu murni yang didapat sekitar 800 ml sampai 1 liter per ekor. 

"Permintaan susu kambing mulai banyak, khususnya untuk obat dan terapi. Hampir setiap kali perah kemudian habis terjual," ungkapnya. 

Melihat potensi tersebut, Made Raka kembali membeli kambing dan memperluas kandang. Saat ini, kambing peliharaannya sebanyak 50 kambing betina dan 1 ekor pejantan. Sekitar 3 kambing betina dalam kondisi mengandung. Ke depan diharapkan ada penghasilan alternatif selain sektor pariwisata

Selain beternak, Made Raka juga langsung mengolah susu kambing menjadi keju, sabun dan susu bubuk. Selain itu, kotoran kambing dan air kencing kambing juga diolah menjadi pupuk. 

Made Raka mengaku mulai beternak tanpa pengalaman. Sehingga membuatnya harus yakin, sebab yang menjadi tantangan utama baginya adalah mental. Dari biasanya kerja bersih menghitung penghasilan dari adventure, kini belajar 'ngarit' alias meyabit rumput untuk pakan kambing. 

Namun Made Raka tak sendiri, dia dibantu 5 orang karyawan khusus di kandang. Ada yang mencari pakan, memberi pakan, membersihkan kandang kambing, memerah susu, hingga mengemas dan memasarkan produknya. 

Untuk produk berkualitas dan kambing yang sehat, pemerahan saat ini hanya dilakukan sekali sehari di pagi hari. "Ya, biar kambingnya tidak stress. Diperah sekali saja sehari," ungkapnya. 

Made Raka sudah punya langganan tetap. Bahkan diakui terus bertambah setiap hari. "Astungkara susu habis terjual. Paling jauh ke Nusa Dua, masih di Bali saja. Lokalan," ujar pria asli Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati ini. 

Made Raka juga mengembangkan pembibitan jahe merah dan pisang Cavendis. Khasiat dari jahe merah akan dipadukan dengan susu kambing. "Tanam saja dulu, mudah-mudahan bisa bermanfaat ke depan," ujar bapak dua anak ini.

Reporter: bbn/gnr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami