search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pengantin yang Viral Mendaki Bukit Ternyata di Bawah Umur, Alasan Mereka Menikah Tak Terduga
Minggu, 6 Juni 2021, 23:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Pasangan pengantin asal Desa Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yang viral di media sosial karena mendaki bukit membawa banten untuk melakukan prosesi pernikahan di rumah mempelai wanita ternyata masih di bawah umur

Pasangan Suami Istri (Pasutri) I PES dan KA masing-masing masih berumur 17 dan 15 tahun. Keduanya bahkan tidak lulus Sekolah Menengah pertama di SMP Budhi Luhur Sudaji

Ditemui di rumahnya, Sang suami menuturkan dirinya dikeluarkan dari sekolah saat menginjak kelas VIII, begitu juga sang istri yang harus berhenti sekolah karena kekurangan biaya. Pertemuan mereka, menurut PES terjadi sembilan bulan yang lalu. 

Keduanya yang notabene adalah tetangga sering bertemu di lingkungannya. Karena sudah saling mengenal, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Namun demikian ada alasan mengapa mereka menikah di umur yang masih sangat muda. 

“Saya sudah tidak punya ibu bapak, kakek sudah tua, jika kakek meninggal maka saya tidak punya siapa-siapa. Saudara ayah semua tinggal jauh dari sini. Kadang-kadang saja pulang,” ungkap PES didampingi sang istri.

Selama ini, PES dan kedua adik perempuannya hanya diasuh oleh Kakeknya, Ketut Rina (83). Sementara Ayah dan Ibu mereka sudah lama meninggal. 

“Adik pertama saya mengalami kelainan jadi pertumbuhannya terganggu. Umurnya sudah 16 tahun tetapi badannya tetap kecil, selain itu dia tidak bisa bicara dan melakukan sesuatu sendiri,” imbuhnya.

PES melakukan keseharian sebagai petani. Di atas tanah milik kakeknya terdapat pohon cengkeh, aren, dan beberapa jenis pohon kayu. 

“Setiap hari ke kebun untuk mengurus pohon cengkeh. Kalau ada yang mau membeli tuak saya carikan. Jika tidak saya olah menjadi gula aren dan dijual ke Pasar Desa Sudaji untuk makan sehari-hari,” ungkapnya.

Pasutri saat ini tengah fokus untuk menabung. Apalagi umur mereka masih muda. Mereka berharap kondisi keuangan mereka bisa lebih baik. 

“Fokus cari uang dulu, biar ada tabungan. Jika sakit bisa tabungan itu dipakai berobat. Kedepan jika punya anak pasti juga perlu biaya,” terangnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan perjuangan sejumlah wanita yang membawa banten “tipat bantal” hingga menaiki bukit curam viral di media sosial. Video yang diupload pada akun Gede Swila mengundang berbagai respon dari netizen.

Reporter: bbn/sin



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami