search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Malam Siwaratri, PHDI Denpasar: Momentum Hapus Kebodohan
Sabtu, 1 Januari 2022, 21:55 WITA Follow
image

beritabali/ist/Malam Siwaratri, PHDI Denpasar: Momentum Hapus Kebodohan

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Memaknai Hari Suci Siwaratri pada Sabtu (1/1/2022), PHDI Kota Denpasar memberi Dharma Tula atau diskusi keagamaan di Pura Dalem Bungkeneng, Desa Adat Tonja, Denpasar Barat. 

Dharma Tula ini menghadirkan narasumber tunggal yakni Ketua PHDI Kota Denpasar, Nyoman Kenak. Kegiatan ini diikuti sulinggih, puluhan Jero Mangku di wilayah Desa Adat Tonja yang tergabung dalam Paiketan Puja Srawa Katonjaya, dan sejumlah warga. Kegiatan diawali dengan sembahyang bersama untuk memohon kelancaran Dharma Tula. 

Dalam paparannya, Nyoman Kenak lebih banyak merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam Siwaratri yang mengandung makna instropeksi diri setiap umat.

Kata dia, nilai-nilai Siwaratri memiliki korelasi dengan sesana atau pedoman perilaku pemangku. Sosok Lubdaka sebagai seorang pemburu dalam kisah Siwaratri, tidak jauh beda dengan Jero Mangku yang juga memiliki karakter pemburu, namun di bidang spiritual. 

Karakter pemburu dalam hal ini, kata dia, merupakan sikap yang haus akan ilmu pengetahuan. Hal ini tidak lepas dari peran Jero Mangku sebagai pelayan umat yang juga diharapkan dapat mencerdaskan masyarakat dalam bidang spiritual.

Dalam Dharma Tula itu, Kenak juga menyampaikan pentingnya bagi setiap Jero Mangku dapat menjaga kesucian diri, pikiran dan perbuatan. Dalam melayani umat, Jero Mangku juga diharapkan dapat mengendalikan diri dalam segala situasi. 

"Sebab kita tidak lepas dari musuh dalam diri, seperti Sapta timira yakni tujuh penyebab lupa diri. Ada juga Sad Atatayi. Maka saat Siwaratri kita harus kendalikan musuh dalam diri," ujarnya. 

Dia menegaskan, bahwa Siwaratri merupakan momentum umat menghapus kebodohan. 

Hal itu sejalan dengan makna Siwaratri dalam Siwaratri Kalpa, yakni menghapus kebodohan, bukan menghapus dosa. 

"Dalam Siwaratri Kalpa, diceritakan perjalanan Lubdaka yang tugas sehari-harinya membunuh kebodohan," tegasnya. 

Kenak menambahkan, Siwaratri menjadi momentum instropeksi diri bagi umat Hindu. Memaknai kesalahan, kekeliruan yang lampau sebagai bahan instropeksi agar lebih baik di masa depan. 

Tema Dharma Tula ini disimak antusias oleh pemangku yang merupakan pelayan umat sekaligus tokoh-tokoh spiritual. 

Ketua Paiketan Puja Srawa Katonjaya, Jero Mangku Gede Made Asmika, sangat bersyukur kegiatan seperti ini dapat kembali digelar meski di tengah pandemi Covid-19. 

Kata dia, kegiatan ini digelar guna menambah wawasan para Jero Mangku di Desa Adat Tonja. Sehingga semakin ikhlas dalam melayani umat dalam situasi apapun. 

"Kegiatan ini terakhir kami gelar tahun 2019 lalu, dua tahun tidak digelar karena situasi pandemi. Kami berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi Jero Mangku dan masyarakat kami dalam memaknai Siwaratri," ujarnya. 

Dalam kesempatan itu, Pengurus PHDI Kota Denpasar juga menyerahkan Kitab Bagawad Gita dan buku doa sehari-hari. Buku tersebut sebagai simbolik peran PHDI dalam mencerdaskan umat. 

Reporter: bbn/dps



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami