Suami Suka Nonton Video Porno, Ini Bahayanya
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
"Dok, suamiku belakangan ini suka banget nonton video porno di handphonenya dan sering maksa aku buat nonton bareng. Awalnyak aku risih, tapi lama-kelamaan malah jadi senang, soalnya biasanya setelah dia menonton video porno, dia jadi lebih bergairah saat berhubungan seksual. Ada bahayanya nggak keseringan nonton video porno begini, Dok? (Friska,26).
Baca juga:
Sedang Viral Hubungan Seks FWB, Apa Itu?
Hampir semua orang menyukai melihat materi bermuatan pornografi, misalnya seorang laki-laki dewasa yang melihat perempuan dewasa lainnya telanjang atau sekedar melihat sebagian bagian tubuh yang terbuka. Demikian juga sebaliknya pada perempuan. Bukan hal yang aneh jika remaja yang beranjak puber berebut menonton video porno, mengintip orang mandi, mengintip celana dalam temannya, karena semua itu sesungguhnya menyenangkan, membuat rasa gembira dan nyaman.
Otak mengeluarkan substansi hormonal yang namanya endorfin yang berperan dalam membuat rasa senang. Cuma saja, yang membatasi semua itu untuk dieksplorasi tentu saja ada, yaitu norma. Norma-norma yang dianut masyarakat yang tidak mengijinkan untuk hal-hal yang bersifat pornografi dipertontonkan atau dikonsumsi secara bebas dan terbuka.
Film porno seringkali bisa menjadi referensi buat aktifitas seksual seseorang, atau juga sumber inspirasi untuk melakukan hubungan seksual yang baik dan lebih menggairahkan, walau sebaliknya secara kasus per kasus memang beberapa kali ditemukan anak muda melakukan agresi seksual kepada orang lain, setelah didahului oleh menonton film porno.
Tetapi sesungguhnya tidak selalu seperti itu, rangsangan seksual tidak harus muncul dari materi pornografi. Fantasi seksual sebagai sumber dorongan seksual seringkali tidak berupa hal yang pornografi.
Selama dikelola dengan pemahaman baik dan edukasi yang baik, malah bisa bermanfaat. Di negara-negara yang melegalkan pornografi justru tidak memunculkan angka kriminalitas seksual yang tinggi.
Walau banyak yang menyebut jorok dan harus dijauhi atas alasan bisa menurunkan moralitas, secara ilmiah dan keilmuan materi pornografi justru memiliki manfaat personal dan manfaat klinis. Film porno, jika dikelola dengan tepat waktu dan tepat tontonan (bukan yang ekstrem), bisa bermanfaat relaksasi, melepaskan ketegangan pasca menontonnya, selama semuanya berhenti sampai disana saja.
Kita harus memahami juga bahwa, aktifitas seksual sesungguhnya, selama dilakukan tanpa risiko, dilakukan sendiri atau dengan pasangan yang sah atau yang dicintai akan membawa kebugaran diri jika aktifitas seksual itu bisa terpenuhi dengan memuaskan. Endorfin dan oksitosin yang dikeluarkan otak saat orgasme dan tercapai kepuasan seksual bersama pasangan adalah penanda rasa senang, tenang, nyaman dan bagus untuk kehidupan seksual, kualitas hidup dan mencegah penuaan dini.
Nah, yang harus dihindari adalah mengkonsumsi materi pornografi yang terlalu sering, sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Lalu, mengkonsumsi materi pornografi yang terlalu ekstrem (misalnya bondage yang berlebihan, seks dengan anak-anak, seks dengan binatang, dll) karena sekali dua kali atau malah bisa sering kali menjadi referensi dan sumber inspirasi juga buat ditiru.
Selanjutnya, pikirkan baik-baik tentang partner yang diajak menonton materi pornografi atau jika ingin melanjutkan ke tahapan aktifitas seksual, jangan dengan pasangan yang berisiko, baik risiko medis (bisa terinfeksi infeksi menular seksual bila mengajak pasangan yang terinfeksi sebelumnya), atau risiko sosial, karena mengajak pasangan sah orang lain misalnya.
Selama materi pornografi yang dikonsumsi tidak sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan kontak sosial dengan orang lain, secara biopsikis itu tidak masalah, mungkin masalah akan muncul dari segi legalitas dan hukum saja, karena memang mengkonsumsi dan mendistribusikannya dilarang.
Kalaupun tetap digunakan, gunakanlah materi pornografi secara bertanggung jawab, artinya:
1. Tepat waktu, jangan sampai mengganggu aktifitas yang lain.
2. Tepat orang, jangan mengajak orang lain yang “mengundang risiko” jika mengkonsumsinya, lebih baik dengan pasangan yang sah.
3. Tepat target, gunakan kesempatan mengkonsumsi materi pornografi hanya untuk kepentingan mencari referensi buat variasi seksual bersama pasangan misalnya, untuk mengatasi kejenuhan, atau hanya untuk sekedar tahu saja.
4. Tepat frekuensi, jangan keseringan, nanti malah overuse.
Editor: Juniar
Reporter: bbn/oka