search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ini 'Biang Keladi' Kekacauan Global Yang Diungkap Bos BI
Kamis, 6 Oktober 2022, 07:51 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Ini 'Biang Keladi' Kekacauan Global Yang Diungkap Bos BI

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai kekacauan dunia saat ini dipicu oleh terganggunya rantai pasok energi dan pangan di dunia akibat Covid-19 dan perang.

"Lihat lah dunia, kita sekarang sedang menghadapi kekacauan global, stagflasi, inflasi yang sangat tinggi. Karena komoditas energi dan pangan tidak didistribusikan secara merata di seluruh dunia," tegas Perry dalam rangkaian kegiatan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) Tahun 2022, dikutip Kamis (6/10/2022).

Oleh karena itu, dia menegaskan Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi. Perry mengungkapkan ada tiga hal yang harus dilakukan dalam melakukan transformasi ekonomi.

Pertama, mengubah ukuran kemajuan ekonomi yang bukan hanya berorientasi pada pertumbuhan, namun mengubah ukuran kemajuan ekonomi dengan melakukan industrialisasi.

Kedua, transformasi ekonomi harus dilakukan tanpa harus merusak lingkungan. Keseimbangan ekonomi dan lingkungan, menurut Perry harus beriringan.

"Kemajuan ekonomi tidak bisa hanya mengukur seberapa besar pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang maju, tapi bagaimana optimalisasi pertumbuhan PDB dengan menjaga kelestarian lingkungan, yang disebut ekonomi hijau," kata Perry.

Transformasi ekonomi ketiga adalah pemerataan distribusi komoditas, terutama energi dan pangan. Pertumbuhan ekonomi juga harus merata.

Menurut Perry, saat ini ekonomi bergerak tidak hanya bisa mengandalkan mekanisme pasar, karena memiliki batasan.

Selama 2,5 tahun dunia dilanda pandemi, menurut Perry itu merupakan tonggak awal peradaban manusia untuk memasuki era 'new normal' atau kebiasaan normal baru. Semua aktivitas menjadi lebih efisien dan produktif lewat digitalisasi.

Dalam kesempatan ini, Perry juga membagikan tiga esensi utama dalam memaknai kembali konsep keseimbangan ekonomi.

Hal tersebut menjadi kunci dalam proses pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pertama, penajaman indikator pengukuran kemajuan ekonomi, dimana juga mempertimbangkan indikator kelestarian lingkungan selain indikator ekonomi konvensional seperti Produk Domestik Bruto (PDB). Kedua, inklusivitas guna menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan distribusi ekonomi ke masyarakat secara merata.

Terakhir, lanjutnya, adalah inovasi dan efisiensi antara lain melalui pemanfaatan digitalisasi secara luas.(sumber: cnbcindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami