Gagal Ginjal Akut Pada Anak Dipastikan Tak Terkait Covid-19
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia tidak terkait dengan Covid-19.
Baca juga:
Lima Cara Mengatasi Lidah Pahit Saat Sakit
"Dari hasil pemeriksaan, tak ada bukti hubungan kejadian gagal ginjal akut dengan vaksin Covid-19 maupun infeksi Covid-19," ujar Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam konferensi pers daring, Rabu (19/10).
Dijelaskan Syahril bahwa kasus gagal ginjal akut umumnya terjadi pada anak usia di bawah enam tahun. Sementara program vaksinasi Covid-19 belum menyasar anak usia 1-5 tahun.
Sementara untuk infeksi, sebelumnya para dokter juga sempat mengecek keterkaitan infeksi virus corona penyebab Covid-19 dengan kasus ini. Gagal ginjal akut pada anak sebelumnya diduga sebagai salah satu bentuk MIS-C atau multisystem inflammatory syndrome in children yang merupakan dampak Covid-19.
Namun, hasil penelusuran tak mendeteksi adanya antibodi Covid-19 pada semua pasien gagal ginjal akut. Beberapa dilaporkan sempat terinfeksi SARS-CoV-2, sementara beberapa lainnya tak memiliki riwayat penyakit yang sama.
Alih-alih Covid-19, Kemenkes justru menemukan dugaan adanya senyawa tertentu dalam obat yang dikonsumsi pasien. Kendati demikian, Kemenkes masih belum bisa menyimpulkan hasil temuan tersebut.
"Dalam pemeriksaan yang dilakukan terhadap sisa sampel obat yang dikonsumsi pasien, sementara ini ditemukan jejak senyawa yang berpotensi mengakibatkan gangguan ginjal akut progresif atipikal ini," ujar Syahril.
Saat ini, Kemenkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), ahli epidemiologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), farmakolog, dan Puslabfor Polri tengah melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti gagal ginjal akut.
Sebagaimana diketahui, hingga Selasa (18/10), tercatat sebanyak 206 anak terkena gagal ginjal akut progresif atipikal. Sebanyak 99 di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Gagal ginjal akut progresif atipikal sendiri merujuk pada kondisi menurunnya fungsi ginjal. Akibatnya, ginjal tak dapat memproduksi urine yang membantu membuang racun atau limbah dalam tubuh.
Menurunnya frekuensi buang air kecil pada anak jadi salah satu gejala awal yang perlu diwaspadai. Segera bawa anak ke fasilitas layanan kesehatan jika terpantau mengalami penurunan produksi urine.
Selain itu perhatikan tanda-tanda lain yang dilaporkan banyak terjadi pada pasien seperti demam, diare, batuk-pilek, dan mual-muntah.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net