search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Empat Alasan PM Mahathir Mohamad Keok di Pemilu Malaysia
Kamis, 24 November 2022, 09:46 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Empat Alasan PM Mahathir Mohamad Keok di Pemilu Malaysia

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad kalah telak dalam pemilihan umum Malaysia 2022. Kekalahan ini merupakan yang pertama dirasakan pria yang telah berkiprah di politik selama 53 tahun itu.

Data KPU Malaysia menunjukkan bahwa Mahathir hanya mendapatkan 4.566 suara dan telah kehilangan depositnya. Dia menempati urutan keempat dalam elektoral alias kalah telak oleh Mohd Suhaimi Abdullah dari Perikatan Nasional (PN) dengan 13.518 dari 25.463 suara.

Apa kemungkinan yang menjadi alasan kekalahan Mahathir?

1. Usia yang Menua dan Kondisi Kesehatan Menurun

Mahathir Mohamad tahun ini telah menginjak usia hampir seabad yakni 97 tahun. Sepanjang kariernya, Mahathir kerap dikabarkan jatuh sakit. 

Pada akhir 2021 lalu, dia bahkan dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Meski begitu, tidak diketahui mengapa Mahathir dirawat. 

Namun mantan perdana menteri Malaysia pada 1981 dan 2018 itu memang memiliki riwayat masalah jantung di masa lalu. Ia sempat beberapa kali terkena serangan jantung dan menjalani operasi bypass.

2. Kerap Bikin Panas Situasi Lewat Komentarnya

Mahathir tak jarang membuat komentar yang memicu kontroversi publik. Salah satu komentarnya yang paling santer yakni soal Kepulauan Riau dan Singapura.

Dalam forum Melayu beberapa waktu lalu, dia sempat mengatakan bahwa Malaysia seharusnya mengklaim Kepri dan Singapura

"Kita harusnya tak hanya meminta Pedra Branca dikembalikan, atau Pulau Batu Puteh, kita juga harus meminta Singapura pun Kepulauan Riau, mengingat mereka adalah bagian dari Tanah Melayu [Malaysia], uja Mahathir, seperti dikutip The Straits Times.

Selain itu, dia juga sempat memicu kontroversi karena mengakui Malaysia cukup tertinggal dari Indonesia hingga Afrika pada Februari lalu.

"Saya siap menerima bahwa dari sisi pembangunan, Malaysia belakangan ini tertinggal dari Indonesia dan Vietnam," kata Mahathir di Twitter.

Menurutnya, pembangunan Malaysia berada di belakang beberapa negara, termasuk Afrika. Hal itu lantaran Malaysia, kata dia, tidak siap menggunakan teknologi untuk mencapai efisiensi dan membatasi korupsi.

Lebih dari itu, dia juga pernah berkomentar rasis yang mengidentikkan etnis Cina dengan sumpit. Dia juga pernah menyebut Muslim boleh membunuh orang Prancis dan mengatakan Presiden Prancis Emmanuel Macron tak beradab.

3. Preseden Buruk saat Mundur pada 2020

Mahathir sempat menimbulkan preseden buruk saat dirinya mundur dari jabatan perdana menteri pada 2020 lalu. Saat itu pengumuman pengunduran dirinya membuat gaduh. Ia diduga mundur karena terkait dengan pembentukan koalisi baru.

Saat mencalonkan diri lagi di pemilu kali ini, sejumlah pengamat pun ragu Mahathir bisa memperoleh kursi. Sebab, dia dinilai menyia-nyiakan waktu kala menjabat perdana menteri sebelumnya.

"Waktu Mahathir sudah berlalu. Dia diberi kesempatan kedua dan menyia-nyiakannya," ujar pengamat dari Universitas Nottingham Malaysia Bridget Welsh.

"Peluang dia kali ini untuk mencalonkan diri sebagai perdana menteri sangat tipis."

4. Diskriminasi

Kebijakan "bumiputera" yang diusung Mahathir selama menjabat perdana menteri tercatat membuat masyarakat Malaysia terbelah secara rasial.

Profesor Kajian Asia di University of Tasmania, James Chin, mengatakan bahwa periode Mahathir memimpin merupakan masa-masa komunitas Tionghoa di Malaysia "paling banyak mengalami diskriminasi".

"Ada banyak orang di komunitas Tionghoa yang menyamakan Mahathir dengan periode di mana mereka merasa paling banyak mengalami diskriminasi," kata Chin, seperti dikutip Channel News Asia.

Dia lalu berpendapat kekalahan Mahathir dalam pemilihan kali ini tak ayal membuat etnis China di Malaysia "senang".

"Semua kebijakan diskriminasi terhadap non-Melayu diberlakukan pada masanya. Jadi saya pikir banyak orang China akan mengatakan bahwa, dalam beberapa hal, ini adalah akhir dari sebuah era dan kami senang melihatnya hengkang."(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami