Pakar Pro-Rusia Sebut Putin Tak Berminat Kuasai Kyiv Sejak Awal Perang
beritabali.com/cnnindonesia.com/Pakar Pro-Rusia Sebut Putin Tak Berminat Kuasai Kyiv Sejak Awal Perang
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Pakar pro-Rusia Yulia Vityazeva mengatakan Presiden Vladimir Putin tak ingin mengambil alih ibu kota Ukraina, Kyiv, dalam waktu tiga hari saat awal invasi. Di masa awal perang, banyak pihak menduga Rusia ingin menguasai Kyiv dalam hitungan hari.
"Mereka [Amerika Serikat] mengatakan pencapaian utama Ukraina yakni Kyiv masih belum direbut dalam tiga hari, seperti yang kami janjikan, seperti yang diprediksi Jenderal Amerika Serikat Mark Milley," kata Vityazeva, seperti dikutip Newsweek, Jumat (25/2).
Namun di Ukraina, menurut Vityazeva semua orang memilih melupakan fakta bahwa Rusia tak ingin menguasai Kyiv dalam kurun waktu tiga hari.
"Jadi, mereka semua mengatakan bahwa kita semua berencana merebut Kyiv dalam tiga hari. Saya ulangi lagi, jika kami ingin melakukannya, kami akan melakukannya," ujar pengamat itu.
Terlebih, menurut dia, Rusia punya semua kapasitas dan sumber daya untuk melakukannya, sebagaimana Amerika Serikat merebut Kota Falluja di Irak.
Kota tersebut merupakan benteng kelompok teroris ISIS.
"Mengapa tidak [merebut Kyiv]? Panglima tertinggi kami tidak mau. Dia tak butuh kemenangan itu. Dan kami juga tak melakukan karena kami akan tinggal di sana nanti," ujar dia lagi.
Pada awal invasi, tiga pejabat AS mengatakan fokus pasukan Rusia mengepung pasukan Ukraina dan memaksa mereka untuk menyerah.
Menurut para pejabat itu, Rusia berharap bisa merebut Kyiv dalam waktu 96 jam. Lalu pemerintahan Ukraina bakal berada di genggaman Kremlin dalam waktu sepekan.
Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky teguh mempertahankan negaranya. Ia bahkan meminta bantuan negara-negara Barat untuk memasok senjata guna mendukung Ukraina.
Hingga kini pertempuran sengit terus berlanjut terutama di dekat kota Bahkmut. Namun, belakangan Rusia menghadapi kekurangan artileri dan dilaporkan kehilangan banyak tentara.
Di tengah amunisi yang menipis, Putin disebut memperkuat hubungan dengan Cina dan Iran.
"Fakta dari masalah ini adalah bahwa Rusia sedang berusaha mendapat mitra dengan berbagai negara, yang punya berbagai jenis amunisi dan bisa membantu memasok untuk perang ini," kata Jenderal Angkatan Darat AS, Mark Hertling, pada Desember lalu, seperti dikutip CNN.
Menurutnya, Putin juga sadar Rusia perlu banyak amunisi untuk melanjutkan pertempuran ini.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net