search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Suasana di Bali Pasca Proklamasi Kemerdekaan 1945
Selasa, 1 Agustus 2023, 10:33 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/Suasana di Bali Pasca Proklamasi Kemerdekaan 1945

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Merdeka! Merdeka! Merdeka! Pekikan itu membahana dimana-mana begitu berita gembira itu disiarkan di radio pada 17 Agustus 1945. Para pemuda meneruskan kabar kemerdekaan ke seluruh pelosok negeri.

Suasana gembira merebak di mana-mana. Setelah dijajah selama 350 tahun, Indonesia kini menjadi negara merdeka.

Di Desa Penyaringan, di pelosok Bali Barat, Pemuda Nyoman Sirna, agak terlambat mendengar berita soal kemerdekaan Indonesia. Ketika mendengar informasi soal kemerdekaan Indonesia, Nyoman bergegas mencari surat kabar Bali Shimbunyang terbit di Denpasar. 

Namun berita soal proklamasi tidak ada di koran terbitan Jepang itu. Pemerintah kolonial Jepang menyembunyikan berita soal proklamasi. Mereka takut berita itu akan mendorong rakyat memberontak kepada Jepang.

Kebenaran tidak bisa ditutupi. Sepekan setelah pembacaan proklamasi, beberapa pesawat sekutu terbang rendah sambil menjatuhkan selebaran yang menyatakan Jepang sudah menyerah kepada sekutu. Dinyatakan juga tentara sekutu akan datang melucuti tentara Jepang. Penduduk diharapkan tenang.

Pemuda Nyoman Sirna meneruskan berita ini kepada penduduk dan mengumpulkan para pemuda. Mereka berkumpuldan berembug. Muncul kekhawatiran penjajahan Jepang akan diganti penjajahan sekutu. Apalagi Belanda termasuk dalam aliansi negara sekutu (Allied Forces). Nyoman dan rekan-rekan bertekad, penjajahan jangan sampai terjadi lagi.

Meski sekutu menyatakan Jepang sudah menyerah, faktanya tentara Jepang masih bercokol di Bali. Di Jembrana, tentara Jepang bertahan di Negara. Tentara Jepang mengadakan perjanjian dengan Pemerintah Jembrana. Mereka menyatakan siap membantu pemerintah lokal untuk melawan Belanda apabila diberi bantuan bahan makanan.

Dalam Biografi Drs. I Nyoman Sirna MPH, "Sang Guru, Sebuah Memoar Tentang Perjuangan dan Pengabdian", yang ditulis Indrawati Muninjaya, Nyoman Sirna menuturkan, belakangan, sikap pemerintah Republik Indonesia berubah menjadi menentang tegas pendudukan Jepang. Pemerintah Indonesia di Bali meminta Jepang menyerahkan senjatanya, namun Jepang menolak.

Baca juga:
472 Benda Bersejarah Indonesia akan Dikembalikan dari Belanda, Salah Satunya Keris dari Klungkung
 

Tidak dapat dihindari, perselisihan antara pihak Republik dan Jepang meruncing. Setelah perundingan buntu, direncanakan serangan umum serentak di seluruh Bali yang akan dilaksanakan pada 13 Desember 1945 pada malam hari.


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami