Empat Kelompok Ini Aktif Kampanyekan Rokok Elektronik
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Di tengah gencarnya industri rokok mengkampanyekan rokok elektronik, Pusat Penelitian Center for NCDs, Tobacco Control and Lung Health (Udayana CENTRAL) Universitas Udayana dalam risetnya mengungkap fakta adanya empat kelompok yang cukup aktif mengampanyekan rokok elektronik sebagai rokok alternatif dengan nasarasi harm reduction atau pengurangan dampak rokok.
Riset tersebut dipaparkan Ketua Udayana Central, dr, Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH, Ph.D yang juga merupakan Ketua Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.
Putu Ayu Swandewi Astuti, menyatakan pihaknya telah menyampaikan hasil riset dalam diseminasi di Jakarta 25 Juli 2024.
"Kami harapkan, melalui kajian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan pengendalian penggunaan bahan adiktif baik berupa rokok maupun rokok elektrik," ujarnya, Jumat, 27 Juli 2024.
Indonesia menjadi negara dengan perokok Elektronik terbanyak di dunia. Maraknya penggunaan rokok elektronik berawal di 2011 yang kian meningkat hingga saat ini.
"Tren rokok Elektronik kini menjadi salah satu ancaman besar bagi peningkatan perilaku merokok, khususnya di kalangan remaja," jelasnya.
Prevalensi penggunaan rokok elektronik (Elektronik) pada orang dewasa di Indonesia meningkat 10 kali dari 0.3% pada tahun 2011 menjadi 3.0% pada tahun 2021 (GATS 2021).
Berdasarkan Data Survey Kesehatan Indonesia tahun 2023 di Indonesia, penggunaan rokok elektronik pada usia remaja justru angkanya lebih yaitu 8,5% pada remaja usia 10 hingga 18 tahun.
"Meningkatnya pengunaan rokok Elektronik tidak lepas dari gencarnya industri dalam mempromosikan produknya dengan menggunakan berbagai strategi pemasaran," paparnya.
Menurutnya, dalam mempromosikan produknya, industri bersama dengan aktor-aktor yang mendukungnya menggunakan klaim bahwa rokok elektronik lebih aman dan dapat menjadi alternatif untuk berhenti merokok sehingga semakin banyak anak muda terpengaruh lalu tertarik untuk mencoba produknya.
Disebutkan Putu Ayu Swandewi, pengumpulan data dilakukan pada Oktober 2023 hingga Februari 2024.
"Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa terdapat 4 kelompok yang aktif mengkampanyekan rokok elektronik dengan narasi harm reduction," ucapnya.
Keempat kelompok ini meliputi, Pertama Kelompok Penelitian dan Lembaga Pendidikan. Kelompok ini menggunakan pendeketan akademis dalam meyakinkan pemerintah untuk mendukung penggunaan rokok elektronik.
Salah satu dari kelompok ini bahkan menjadi pionir kampanye pro-vaping dengan mengadakan workshop, seminar, diskusi publik, dan kegiatan-kegiatan lain terkait rokok elektronik sebagai alternatif pengurangan bahaya tembakau, Kedua, Kelompok Penjual. Sangat jelas tujuan dari kelompok ini adalah menjual produknya sebanyak-banyaknya.
"Para penjual rokok elektronik membentuk perkumpulan untuk mendorong penggunaan rokok elektronik. Mereka bahkan tidak segan-segan untuk langsung mendatangi pemerintah menolak adanya peraturan terkait penggunaan rokok elektronik karena dianggap merugikan mereka tidak tanggung-tanggung industri juga menuntut pemerintah untuk menetapkan produknya sebagai SNI sehingga dapat meyakinkan masyarakat bahwa produknya aman," bebernya.
Baca juga:
Lagi, Kasus Rokok Elektrik Meledak di Celana
Ketiga Kelompok Konsumen setiap tahunnya kelompok ini mengadakan kegiatan ‘VAPE FAIR” dimana pada acara tersebut juga menghadirkan kelompok-kelompok pro rokok elektronik untuk mempengaruhi persepsi publik. Anggota dari kelompok konsumen kebanyakan adalah anak-anak muda sehingga menimbulkan kekhawatiran akan semakian banyak anak muda yang terpengaruh oleh kelompok ini dan industri terakhir Keempat Kelompok Lainnya.
Kelompok ini dikemas dalam bentuk gerakan, situs website, maupun organisasi yang khusus untuk menyebarkan informasi terkait rokok elektronik. Gerakan Bebas TAR dan Asap Rokok (GEBRAK!) adalah salah satu gerakan yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok pro rokok elektronik.
"Gerakan ini bahkan dibarengi dengan petisi online yang berbunyi “Sikap Cuek Kita Membunuh Sesama, Dukung Produk Rendah Risiko,"katanya.
Dirinya berharap, kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah dalam upaya meningkatkan pengendalian penggunaan bahan adiktif baik berupa rokok maupun rokok elektrik.
Editor: Robby
Reporter: bbn/aga