search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Senator Australia Teriaki Charles di Parlemen: Kamu Bukan Raja Saya
Selasa, 22 Oktober 2024, 11:29 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Senator Australia Teriaki Charles di Parlemen: Kamu Bukan Raja Saya

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Raja Charles III dikonfrontasi senator independen Australia Lidia Thorpe pada Senin (21/10). Hal tersebut terjadi di Gedung Parlemen Australia, yang jadi acara rangkaian kunjungan Charles bersama Camilla ke sana.

Setelah Charles selesai berpidato, Lidia berteriak ke arah Raja Inggris tersebut, "Kamu bukan raja saya," serta "Kembalikan tanah kami. Kembalikan apa yang kalian curi."

CNN memberitakan situasi tersebut membuat petugas keamanan bergerak dan membawa senator Lidia pergi dari tempat itu.

Sebelum dia berteriak kepada Charles, berdasarkan laporan pemberitaan media Australia, Thorpe membalikkan badannya saat pembacaan "God Save the King." Dia mengenakan mantel bulu possum, berdiri di arah yang berlawanan dengan peserta lainnya.

Thorpe merupakan seorang perempuan DjabWurrung Gunnai Gunditjmara, salah satu penduduk asli Australia, yang telah lama berkampanye untuk sebuah perjanjian dan telah menyuarakan keberatan keras terhadap monarki Inggris.

Penduduk Pribumi Australia tidak pernah menyerahkan kedaulatan dan tidak pernah terlibat dalam proses perjanjian dengan Kerajaan Inggris. Australia tetap menjadi negara Persemakmuran dengan Raja sebagai Kepala Negara.

Selama upacara pelantikannya pada 2022, Thorpe menyebut Kepala Negara Australia saat itu sebagai "jajahan Yang Mulia Ratu Elizabeth II," dan diminta untuk mengambil sumpah lagi. Dia melakukannya sambil mengangkat satu tangan ke udara.

Sementara itu, dalam pidatonya, Charles memberikan penghormatan kepada penduduk asli Australia yang telah tinggal di tanah itu puluhan ribu tahun sebelum kedatangan pemukim Inggris sekitar 230 tahun yang lalu.

"Sepanjang hidup saya, penduduk asli Australia telah memberi saya kehormatan besar dengan berbagi cerita dan budaya mereka dengan begitu murah hati," kata Raja Charles.

"Saya hanya bisa mengatakan betapa pengalaman saya sendiri telah dibentuk dan diperkuat oleh kearifan tradisional tersebut."

Sebelumnya, upacara penyambutan tradisional Aborigin diadakan di luar Gedung Parlemen untuk pasangan kerajaan. Namun, mereka tidak diterima bagi banyak penduduk Pribumi negara itu.

Kedatangan pemukim Inggris ke Australia menyebabkan pembantaian penduduk Pribumi di ratusan lokasi di seluruh negeri hingga tahun 1930-an. Nenek moyang mereka masih menderita rasisme dan diskriminasi sistemik di negara yang gagal membalikkan kerugian selama berabad-abad. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami