search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Jurus BPR di Bali Hadapi Tantangan Pertumbuhan Kredit Negatif
Sabtu, 1 Februari 2025, 10:37 WITA Follow
image

beritabali/ist/Jurus BPR di Bali Hadapi Tantangan Pertumbuhan Kredit Negatif.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali menghadapi tantangan serius dalam hal pertumbuhan kredit yang tercatat negatif sepanjang 2024. 

Hal ini menjadi perhatian utama, mengingat penyaluran kredit adalah salah satu kunci utama keberlangsungan operasional BPR.

Made Arya Amitaba, Direktur Utama BPR Kanti, dalam kesempatan seminar nasional di Sempidi, Badung, Jumat (31/1/2025), mengungkapkan bahwa rendahnya penyerapan kredit menjadi salah satu peringatan bagi seluruh BPR untuk segera mencari terobosan baru guna menjaga keberlanjutan usaha. 

Baca juga:
Pertumbuhan Kredit Negatif, BPR di Bali Disebut Butuh Solusi Bersama

Menurutnya, salah satu langkah strategis yang ditekankan adalah peningkatan kolaborasi antar-BPR dalam hal penyaluran kredit dan menciptakan inovasi yang dapat menarik lebih banyak nasabah.

"Selain kolaborasi, kami juga terus mendorong inovasi baru dalam layanan dan produk yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Tanpa inovasi, kita akan tertinggal," ujarnya.

Sebagai bagian dari langkah nyata, BPR Kanti juga menyelenggarakan seminar nasional dengan tema "Memuliakan Wanita", yang dihadiri oleh lebih dari 1.500 perempuan. 

Seminar ini menjadi salah satu upaya untuk memperluas jangkauan dan mendekatkan BPR dengan segmen pasar yang lebih beragam, khususnya perempuan yang memiliki potensi besar dalam sektor ekonomi.

Namun, selain faktor internal, tantangan eksternal juga memengaruhi penyaluran kredit, salah satunya adalah seleksi ketat terhadap debitur. Banyak pemohon kredit yang belum memenuhi persyaratan, sementara pelaku bisnis lebih mengandalkan modal pribadi daripada pinjaman. Ditambah lagi, penerapan Standar Kualitas Penyaluran Kredit (SKPN) yang ketat membuat BPR semakin selektif dalam memberikan dana.

"Ke depan, BPR di Bali dituntut untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar agar bisa bertahan dan tumbuh meskipun dalam kondisi yang penuh tantangan ini," pungkas Made Arya Amitaba.

Inovasi dan kolaborasi antar-BPR menjadi harapan untuk mendorong pertumbuhan kredit yang lebih baik di masa mendatang, serta menjaga keberlanjutan sektor BPR yang sangat penting dalam perekonomian daerah.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami