Bahaya Menyuntikkan Minyak Orang-Aring untuk Memperbesar Penis
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Seorang pria berusia 27 tahun, sebut saja Andi, datang ke ruang gawat darurat dengan keluhan bengkak, nyeri hebat, dan perubahan warna kulit pada penisnya.
Setelah diperiksa, dokter menemukan bahwa Andi telah menyuntikkan minyak orang-aring ke dalam jaringan penisnya dengan harapan memperbesar ukurannya. Apa yang awalnya dianggap sebagai solusi sederhana untuk meningkatkan kepercayaan diri justru berubah menjadi mimpi buruk medis.
Andi tidak hanya menghadapi rasa sakit fisik yang luar biasa, tetapi juga ketakutan akan dampak jangka panjang pada fungsi seksualnya.
Mengapa ini berbahaya? Menyuntikkan zat asing ke dalam tubuh, termasuk minyak orang-aring, adalah tindakan yang sangat berbahaya dan tidak dianjurkan. Minyak orang-aring atau bahan serupa sering digunakan dalam praktik tradisional atau tidak resmi dengan klaim dapat memperbesar penis secara instan.
Namun, tindakan ini tidak memiliki dasar ilmiah, dan dampaknya terhadap kesehatan jauh lebih serius daripada yang dibayangkan.
Ketika minyak disuntikkan ke dalam jaringan penis, tubuh sering kali bereaksi dengan peradangan hebat, pembentukan jaringan parut, atau reaksi imun yang tidak terkendali. Proses ini dapat menyebabkan deformitas permanen pada penis, gangguan fungsi ereksi, hingga rasa sakit kronis yang bertahan lama.
Pada beberapa kasus, infeksi berat seperti abses atau gangren dapat berkembang, yang dapat mengancam nyawa dan bahkan memerlukan amputasi penis untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain.
Selain risiko fisik, tindakan ini juga membawa dampak psikologis yang berat. Banyak pasien mengalami rasa malu, penyesalan, dan kecemasan yang berkepanjangan akibat komplikasi medis yang mereka alami. Dampaknya pada hubungan interpersonal juga tidak dapat diabaikan, karena masalah ini sering kali memengaruhi kepercayaan diri dan kemampuan untuk menjalin hubungan yang intim.
Ukuran penis tidak bisa diperbesar setelah dewasa. Secara biologis, ukuran penis pria sebagian besar ditentukan oleh faktor genetik dan hormon selama masa pubertas. Setelah masa pubertas selesai, biasanya pada akhir usia remaja atau awal usia 20-an, pertumbuhan penis akan berhenti. Ini berarti bahwa tidak ada metode alami atau prosedur medis yang terbukti aman dan efektif untuk memperbesar ukuran penis setelah dewasa.
Banyak produk atau metode yang mengklaim dapat memperbesar ukuran penis pada pria dewasa, seperti penggunaan minyak, krim, pil, atau bahkan prosedur bedah tertentu. Namun, mayoritas klaim ini tidak didukung oleh bukti ilmiah dan sering kali menyesatkan.
Faktanya, banyak metode tersebut justru membawa risiko komplikasi serius, seperti infeksi, kerusakan jaringan, atau disfungsi seksual permanen. Menurut laporan yang diterbitkan dalam jurnal medis Urology Case Reports, kasus seperti ini cukup sering ditemukan di beberapa wilayah, terutama di Asia Tenggara dan Afrika, di mana mitos tentang peningkatan ukuran penis melalui metode non-medis masih banyak beredar.
Studi menunjukkan bahwa hingga 30 persen pasien yang mencoba prosedur serupa memerlukan operasi untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan. Di Indonesia sendiri, data dari beberapa rumah sakit mengungkapkan peningkatan jumlah kasus serupa dalam satu dekade terakhir, mencerminkan kurangnya edukasi kesehatan seksual di masyarakat.
Banyak pria seperti Andi merasa tekanan sosial terkait ukuran penis mereka. Dalam budaya tertentu, ukuran penis sering kali dikaitkan dengan kejantanan atau kemampuan seksual, meskipun klaim ini tidak memiliki dasar ilmiah. Media, pornografi, dan kurangnya edukasi seksual sering kali memperburuk rasa tidak percaya diri ini, mendorong pria untuk mencari solusi instan tanpa mempertimbangkan risiko.
Baca juga:
7 Alasan Penis Terasa Sakit Usai Bercinta
Di sisi lain, promosi prosedur seperti ini sering kali dilakukan oleh individu atau kelompok tanpa latar belakang medis, melalui media sosial atau saluran informal lainnya. Klaim-klaim palsu tentang keamanan dan efektivitas metode ini menipu banyak pria untuk mencoba sesuatu yang tidak hanya tidak efektif tetapi juga berbahaya.
Bagaimana penanganan kasus ini? Dalam kasus Andi, langkah pertama yang diambil dokter adalah mengurangi peradangan dan nyeri yang ia alami. Obat anti-inflamasi diberikan untuk meredakan gejala akut, sementara antibiotik digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi yang mungkin terjadi. Pada kasus di mana ditemukan abses atau jaringan mati, pembedahan menjadi pilihan utama untuk mengangkat jaringan yang rusak.
Pada tahap lanjutan, Andi membutuhkan operasi rekonstruktif untuk memulihkan bentuk dan fungsi penisnya. Operasi semacam ini sangat kompleks dan memerlukan keterampilan tinggi dari tim bedah. Namun, tidak semua pasien dapat sepenuhnya memulihkan kondisi mereka, terutama jika kerusakan sudah terlalu parah.
Selain penanganan fisik, konseling psikologis menjadi bagian penting dari proses pemulihan. Pasien sering kali membutuhkan dukungan untuk menghadapi trauma emosional akibat komplikasi medis dan dampaknya terhadap kehidupan mereka. Edukasi tentang kesehatan seksual juga diberikan untuk memastikan pasien tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.
Apa dampak pada kesehatan? Komplikasi medis akibat praktik ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga pada hubungan interpersonal. Banyak pasien melaporkan kesulitan dalam menjalin hubungan intim setelah mengalami kerusakan akibat prosedur ini. Rasa malu dan rendah diri sering kali membuat mereka menarik diri dari pasangan atau kehidupan sosial. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami risiko ini dan mendukung individu yang mengalami komplikasi agar mendapatkan bantuan yang tepat.
Kasus seperti yang dialami Andi menjadi pengingat pentingnya edukasi dan informasi yang benar tentang kesehatan seksual. Menyuntikkan minyak orang-aring atau zat asing lainnya ke dalam tubuh bukan hanya tidak efektif, tetapi juga sangat berbahaya.
Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan menyediakan akses ke informasi medis yang terpercaya, kita dapat mencegah kasus serupa di masa depan. Edukasi yang lebih baik dapat membantu individu membuat keputusan yang lebih bijak dan melindungi kesehatan mereka dari risiko yang tidak perlu.
Penulis
dr. Oka Negara
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/oka