search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Gong Kebyar Legendaris Tampil Memukau di HUT Kota Singaraja
Senin, 21 April 2025, 19:58 WITA Follow
image

beritabali/ist/Gong Kebyar Legendaris Tampil Memukau di HUT Kota Singaraja.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Puncak malam apresiasi seni dalam rangka HUT ke-421 Kota Singaraja ditutup meriah oleh penampilan Gong Kebyar Legendaris di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno, Selasa (8/4).

Dua sekaa gong ternama, Sekaa Gong Eka Wakya dan Sekaa Gong Giri Kusuma, memukau penonton lewat sajian tabuh dan tari klasik yang sarat nilai budaya dan sejarah.

Gede Arya Septiawan, Sekretaris Sekaa Gong Eka Wakya Banjar Paketan, menyampaikan bahwa mereka membawakan dua karya unggulan: Tabuh Kreasi Dwikora dan Tari Gelatik.

"Tabuh ini menggambarkan semangat perjuangan dan semangat rakyat Indonesia pada masa itu. Berlatar pada peristiwa 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Dan pada tanggal 3 Mei 1964 disebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Soekarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora)."

Tabuh Kreasi Dwikora pertama kali dipentaskan di Istana Tampak Siring pada tahun 1964 oleh Mayor (Purn) TNI AD I Gusti Agung Made Kertha.

Sementara Tari Gelatik yang diciptakan tahun 1987, mengangkat pesan pelestarian lingkungan hidup.

“Waktu itu burung gelatik mulai langka akibat eksploitasi berlebihan. Maka diciptakanlah tari ini sebagai bentuk ajakan untuk mencintai alam dan menjaga satwa, salah satunya burung gelatik,” tambah Gede Arya.

Ia juga mengungkapkan rasa terima kasih atas perhatian pemerintah kepada para seniman.

“Dengan adanya HUT Kota Singaraja, kami merasa diperhatikan kembali. Gong Kebyar Paketan telah ada sejak 1906, membawa nama besar Bali ke Tanah Sasak dan Mataram. Kini, kami senang masih bisa menampilkan keahlian kami—para seniman senior tetap semangat memainkan gamelan dengan peweweh (kemahiran) yang tak luntur,” tutupnya.

Di sisi lain, Sekaa Gong Giri Kusuma dari Desa Bontihing menampilkan Tari Kekelik dan Tabuh Pudak Sumekar. Tabuh ini diciptakan tahun 1966 oleh Bapak Made Keranca, terinspirasi dari bunga pudak yang mekar di sekitar Pura Beji Bontihing.

"Bunga yang harum, air yang sejuk serta suara burung yang merdu mengiringi bunga pudak yang bermekaran menginspirasi terciptanya karya ini," ujar Putu Sudiarsa, Koordinator Sekaa Gong Giri Kusuma.

Sementara Tari Kekelik menggambarkan kisah burung besar yang semena-mena namun akhirnya dikalahkan oleh kebersamaan burung-burung kecil.

“Filosofinya, kalau kita bersatu, rintangan apapun bisa kita lewati bersama. Ini selaras dengan misi kami bahwa kebersamaan adalah kekuatan utama,” jelas Putu Sudiarsa.

Ia pun mengapresiasi dukungan fasilitas dari pemerintah. “Kami sebagai masyarakat kecil sangat bersyukur dengan adanya fasilitas seperti ini. Kami cukup bangga,” tutupnya.

Selain Gong Kebyar, malam puncak juga dimeriahkan kolaborasi Bondres Buleleng bersama Rare Kual, Nong-Nong Kling, dan Dwi Mekar. Kehadiran mereka sukses mengundang gelak tawa sekaligus menyampaikan pesan edukatif dalam balutan seni khas Bali.

Tak ketinggalan, panggung RTH Taman Bung Karno juga mengguncang dengan penampilan Janu Band dan Lolot yang menyuguhkan musik penuh semangat dan kebersamaan warga Singaraja.

Editor: Redaksi

Reporter: Diskominfo Buleleng



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami