Kisah Tiga Yatim Piatu di Kecamatan Kediri Tabanan
Selasa, 24 Mei 2016,
11:10 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, TABANAN.
Beritabali.com, Tabanan. Pembangunan di Kabupaten Tabanan bisa dibilang pesat. Kota satelit, rujukan kaum urban dari Denpasar dan Badung. Pun begitu, di tengah hingar bingar tumbuhnya kota. Banyak warga di Kota Tabanan butuh uluran tangan.
Itu sekelumit cerita yang terekam dalam aksi sosial Blue Bird Group serangkaian hari jadinya yang ke-44. Jumat (20/5) dengan agenda pemberian santunan kepada tiga anak yatim piatu di sekitar Pool yang berada di wilayah Banjar Anyar, Kediri, Tabanan.
Sudah menunggu Klian Dinas Banjar Tanah Bang Made Sukayadnya, Babinsa Banjar Anyar Serda I Dewa Yoga, Babinkambtimas Aiptu Ketut Suwetra, Manager Pool Blue Bird Tabanan Made Suarjana, dan tiba belakangan Kaur Kesra Desa Banjar Anyar I Putu Suadewi Aryani.
Tak ada kesan mewah atau perayaan layaknya ulang tahun. Memang, tahun ke tahun, perayaan hari jadi Blue Bird Group berlangsung sederhana. Sebab, perayaan bukan pada megahnya acara. Tapi, lebih pada peningkatan kontribusi perusahaan bagi masyarakat lewat beragam CSR yang disalurkan. Seperti acara kali ini.
Rombongan kecil kemudian bertolak ke kediaman Putu Febri Artha Putra. Letaknya, hanya beberapa ratus meter di Utara pool atau masuk wilayah Banjar Tanah Bang.
Bocah usia enam tahun lima bulan itu tinggal bersama sang kakek, I Wayan Cakra, 70, di rumah semi permanen. Sedangkan kedua orang tuanya I Komang Suka Rata dan I Nengah Merta, meninggal saat Febri masih berusia dua tahun. Pun dengan sang adik.
"Begini keadaan kami pak, tidak ada apa-apa," kata Cakra mengawali pembicaraan.
Wajah pekak (kakek) petani yang pendengarannya mulai terganggu itu memang terlihat begitu lelah. Guratan kesedihan masih begitu tampak di wajahnya. Apalagi, bila mengingat kepergian anak, menantu, dan satu cucunya akibat penyakit misterius.
"Anak saya (ayah Febri) dulu kerja bangunan. Kerja lebih sering di Denpasar. Sebelum meninggal, sempat sakit dua tahun dan di rawat di RSUD Tabanan," kenangnya sembari mengusap matanya yang sembab.
"Mantu juga sama. Tiba-tiba sakit dan meninggal. Saya orang bodoh, jadi tidak tahu juga sakitnya apa. Dokter juga tidak bilang. Cucu saya, adiknya Febri juga meninggal karena sakit yang sama," tuturnya dengan Bahasa Bali halus.
Kini di tengah keterbatasan fisik dan ekonomi. Cakra tetap berjuang untuk bisa merawat sang cucu. Apalagi, Febri juga sering sakit-sakitan. Untuk pengobatan, biasanya di bawa ke RSUD Tabanan.
"Kalau badannya dah bintik-bintik, pasti nantinya panas. Dari umurnya, seharusnya cucu saya sudah sekolah," ujar dia.
Selain karena sering sakit, faktor biaya juga menjadi kendala. Padahal, Febri mengaku ingin mengicipi bangku sekolah-sama dengan bocah seumuran dengannya. "Ingin sekolah, tapi saya sering sakit," akunya polos sembari melirik sang kakek. Pada kesempatan itu, Cakra tak lupa mengucapkan terima kasih atas perhatian Blue Bird Group selama ini. [bbn/rls]
Berita Tabanan Terbaru
Reporter: bbn/psk