Seni Topeng, Ungkap Jati Diri Masyarakat Bali
Senin, 26 Februari 2018,
13:30 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com.Denpasar. Keunggulan-keunggulan pada seni topeng perlu ditanamkan dan dipahami oleh masyarakat sehingga dapat meningkatkan apresiasi mereka terhadap seni budaya yang adiluhung yang diharapkan dapat membantu masyarakat mengenal jati dirinya.
[pilihan-redaksi]
Seniman yang juga akademisi ISI Denpasar, I Ketut Kodi mengungkapkan dalam proses sejarah yang penjang, dari mulai era klasik hingga kontemporer, kita bisa menyanding-bandingkan antara topeng-topeng mitologis yang diyakini berkekuatan magis dengan patopengan yang biasa digunakan dalam drama tari, juga topeng-topeng kreasi modern dan kontemporer. Setiap topeng menegaskan eksistensinya tersendiri, namun secara keseluruhan terangkai tak terpisahkan sebagai jati diri masyarakat Bali.
Seniman yang juga akademisi ISI Denpasar, I Ketut Kodi mengungkapkan dalam proses sejarah yang penjang, dari mulai era klasik hingga kontemporer, kita bisa menyanding-bandingkan antara topeng-topeng mitologis yang diyakini berkekuatan magis dengan patopengan yang biasa digunakan dalam drama tari, juga topeng-topeng kreasi modern dan kontemporer. Setiap topeng menegaskan eksistensinya tersendiri, namun secara keseluruhan terangkai tak terpisahkan sebagai jati diri masyarakat Bali.
“Seni topeng kini telah bertransformasi, atau bisa saya ibaratkan seperti Tri Wikrama, yang berarti melangkah tiga kali. Dalam hal ini, topeng mengalami perkembangan fungsi dari fungsi semula yakni sebagai topeng tenget, berkembang menjadi topeng ukir, dan topeng beli-belian,” ujarnya dalam dialog dengan tajuk Topeng: jejak Arkeologis dan Historis Bali Minggu (25/2).
I Ketut Kodi, SSP, M.Si dikenal sebagai sosok dalang ternama multitalenta, dengan suara yang khas. Selain mendalang, ia juga merupakan seorang seniman calonarang. Bersama tim kesenian ISI Denpasar ia melawat dan berpentas ke India pada tahun 2011 dalam tajuk “Bali Puppets Meet India Puppets”. Ia juga sempat menyutradarai garapan Seni Pakeliran Inovatif “Wayang Sampat Somya”, dipentaskan oleh Sanggar Seni Singatsu, Singapadu, pada Bali Mandara Mahalango 2014.
Keberadaan topeng di Bali ternyata tidak hanya mencerminkan capaian seni yang tinggi, tetapi juga menggambarkan adanya transformasi sosial kultural masyarakat pulau ini. Tidak heran informasi tentang seni topeng juga sudah mengemuka sejak zaman Kerajaan Gelgel (abad 15-16 M). Bahkan pada masa Kerajaan Bali Kuno, tertera pada prasasti Bebetin 896 Masehi, menyebutkan peristilahan tentang tapel, bukan hanya simbol Bhatara Bhatari, namun kala itu dihadirkan pula dalam ragam seni pertunjukan.
Sedini itu, masyarakat Bali diyakini telah mengenal berbagai jenis kesenian antara lain: lakon topeng (kala itu disebut sebagai petapukan), pewayangan, dan seni tabuh. Seiring perubahan zaman serta merunut jejak historis dimaksud, topeng-topeng mengalami transformasi bentuk.
[pilihan-redaksi2]
Sementara Drs. I Gusti Made Suarbhawa yang merupakan Kepala Balai Arkeologi Denpasar lebih memfokuskan pembahasan pada sejarah dan perkembangan topeng di Bali dari sisi arkeologisnya.
Sementara Drs. I Gusti Made Suarbhawa yang merupakan Kepala Balai Arkeologi Denpasar lebih memfokuskan pembahasan pada sejarah dan perkembangan topeng di Bali dari sisi arkeologisnya.
Ia mengungkap bahwa topeng telah muncul pada relief pada masa kerajaan saat manusia telah mengenal olah logam untuk mengekspresikan objek lingkungan sekitar. Topeng-topeng tersebut biasanya dapat berupa motif hias geometris, motif manusia, dan motif bentuk-bentuk yang distilir. (bbn/rls/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls