search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Made Mangku Pastika Merasa Masih Punya "Utang"
Jumat, 22 Juni 2018, 16:10 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com,Denpasar. Sehebat apapun orang jangan terlalu merasa terlalu berjasa atau sombong karena hidup ini kita banyak berhutang pada bangsa, negara, Pemerintah dan rakyat apapun jabatan apapun pekerjaan kita. Demikian pesan yang disampaikan Gubernur Made Mangku Pastika saat peluncuran buku biografinya yang berjudul 'Utang' bertepatan pada saat perayaan ulang tahunnya ke 67 tahun yang jatuh pada Jumat (22/6). 
 
[pilihan-redaksi]
Pun, dengan pencapaian kepemimpinan selama dua periode menciptakan visi dan mengawal program Bali Mandara, Mangku Pastika masih merasa mempunyai 'utang' yang harus ia bayar ke depan dengan melalui berbagai jalan. 
 
Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana, Prof Ida Bagus Wyasa Putra mengatakan membaca buku biografi Utang menurutnya seperti penuturan Begawan Wasista dalam kisah Ramayana. Disebutkan hidup adalah perputaran ulangan peristiwa tetapi dalam bentuk yang berbeda, maka itu jika dalam hidup kita mengalami penderitaan janganlah berpaling, melainkan harus dihadapi. Dengan begitu, kata dia kita akan merasa dikuatkan karena dengan memahami penderitaan akan membawa pada kemenangan. 
 
"Ilmu pengetahuan tidak bisa memberi kekuatan dalam hidup, hidup itu tidak hanya dihadapi dengan pengetahuan, ada satu tempat belajar yang baik adalah yakni hanya dengan memahami penderitaaan," ungkapnya.
 
Hal tersebut bercermin dari pengalaman hidup lika liku Made Mangku Pastika yang harus transmigrasi ke Bengkulu karena letusan Gunung Agung tahun 1963, hampir menjemput ajal ketika hendak pindah ke kota Bengkulu untuk melanjutkan sekolah hingga hijrah ke Palembang untuk menaiki jenjang SMA.
 
Namun justru dalam pengalaman pahit itulah tangan Tuhan sepertinya tidak diam, Ia hadir dalam tangan orang-orang yang membantunya untuk bisa kembali bersekolah dan hidup di negeri orang. 
 
Pakar Hukum Adat Bali, Prof Wayan Windia juga mengaku salut dengan sosok Made Mangku Pastika karena diantara orang yang mencibir dan mendukung, ia tetap saja melakukan apa yang menjadi upayanya, termasuk dengan meluncurkan buku 'Utang' tersebut. 
 
[pilihan-redaksi2]
Sementara itu, Jurnalis Wayan Juniartha yang menjadi moderator acara mengungkapkan meski pernah diundang hadir untuk pemberian penghargaan majalah Times dan pemberian gelar bangsawan dari pemerintah Australia, Mangku Pastika urun hadir, karena merasa tidak pernah berbuat banyak untuk rakyat Bali. 
 
Justru menurutnya, Pastika telah membawa perubahan paradigma di kehidupan rakyat Bali yang merupakan peninggalan legasi yang menjadi kenyataan saat ini. Diantaranya perubahan tersebut adalah adanya sekolah SMA Bali Mandara bagi mereka yang tidak mampu, penyuluhan bahasa dan aksara Bali di desa, jaminan kesehatan yang merata dan kesejahteraan petani melalui Simantri. 
 
Dalam sambutan buku 'Utang' Ida Pedanda Gede Putra Kekeran juga membahas ajaran Tri Rna, yakni tiga utang menurut umat Hindu yang harus dibayar dalam hidup yakni Dewa Rna, berutang kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Pitra Rna, utang kepada leluhur atau orang tua dan Rsi Rna, utang kepada orang bijaksana.
 
"Ketiga utang itulah yang nampaknya Pastika rasakan dan paparkan kepada generasi penerusnya melalui buku 'Utang'," ungkapnya.  (bbn/rob)     

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami