Tari Lima Permata dari Seribu Pulau Tampilkan Kekayaan Budaya Indonesia
Sabtu, 29 September 2018,
23:00 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com,Denpasar. Pertama kali tampil pada Gelar Seni Akhir Pekan Bali Mandara Nawanatya III membuat A.A Mas Oka sebagai pembina SMPN 1 Abiansemal memanfaatkan kesempatan ini dengan maksimal. Pementasan yang berlangsung di Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar pada Jumat, 28 September 2018 ini pun berlangsung semarak.
[pilihan-redaksi]
“Ini sarana agar anak-anak tak hanya akrab dengan budaya Bali, tetapi dengan budaya seluruh Indonesia mereka juga bisa akrab,” ungkap A.A Mas Oka sebagai pembina garapan siswa-siswi SMPN 1 Abiansemal.
“Ini sarana agar anak-anak tak hanya akrab dengan budaya Bali, tetapi dengan budaya seluruh Indonesia mereka juga bisa akrab,” ungkap A.A Mas Oka sebagai pembina garapan siswa-siswi SMPN 1 Abiansemal.
Menggarap tari kolosal bertajuk Panca Mustikaning Budaya Sewu yang berarti Lima Permata dari Seribu Pulau, Gung Mas dan rekan-rekan penggarap pun mengharapkan agar kekayaan budaya di Indonesia dapat dikenal anak didiknya. “Mempersatukan seni yang ada di Indonesia sebagai perwujudan dari Bhinneka Tunggal Ikha juga menjadi tujuan kami, selain pemahaman anak-anak akan kesenian negeri,” jelas Gung Mas.
Lima permata yang dimaksud adalah tari-tarian nusantara yang telah menjadi identitas Indonesia yang diantaranya yakni dari daerah Bali dengan Tari Janger dan Joged Bumbung, Aceh dengan Tari Saman, Jawa dengan Tari Jaipong, serta Papua.
Mengenalkan jenis tarian yang berbeda nyatanya ada suka duka tersendiri didalamnya. “Sukanya anak-anak itu cepat menangkap dan menguasai gerakan, tetapi kadang-kadang ada saja bandelnya dan kami selaku pembina menghadapinya dengan happy (gembira),” jelas Gung Mas.
Melibatkan siswa dari kelas 8 (delapan) dan 9 (sembilan), Gung Mas pun berharap ketika anak didiknya telah melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar senantiasa berkesenian baik mengenai kesenian Bali maupun kesenian di daerah lainnya.
“Sebab kita bertumpu pada budaya dan tradisi agar anak-anak bisa memahami itu dan menggiatkannya hingga nanti,” tutur Gung Mas tersenyum.
Penggabungan tarian nusantara ini pun menghasilkan garapan yang kaya dan meriah. Anak-anak SMPN 1 Abiansemal tampak piawai dalam menarikan tari-tarian yang mengalun bersama nada gamelan dengan instrumental khas tarian itu. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang mengusung tema joged bumbung untuk siswa SMP pun tetap menjadi landasan garapan SMPN 1 Abiansemal.
[pilihan-redaksi2]
Tetap memasukkan unsur joged bumbung, SMP PGRI 5 Denpasar tampil dengan garapan bertajuk Beach Festival. Terinspirasi dari festival rakyat yang berlangsung dipantai membuat Ni Komang Orhitra Sari sebagai pembina garapan SMP PGRI 5 Denpasar cukup kebingungan awalnya untuk memecahkan pesan dalam drama yang ada didalamnya.
Tetap memasukkan unsur joged bumbung, SMP PGRI 5 Denpasar tampil dengan garapan bertajuk Beach Festival. Terinspirasi dari festival rakyat yang berlangsung dipantai membuat Ni Komang Orhitra Sari sebagai pembina garapan SMP PGRI 5 Denpasar cukup kebingungan awalnya untuk memecahkan pesan dalam drama yang ada didalamnya.
“Selama sebulan agak sulit menentukan pemecahan masalahnya, jadi saya punya ide agar saya ikut tampil,” jelas Mang Ori.
Mang Ori yang menjadi guru seni budaya ini pun berperan sebagai sosok guru yang berkunjung dalam festival pantai. Dalam lakon, Mang Ori melihat anak didiknya yang juga berkunjung ke festival pantai sedang ngibing dengan penari joged dengan gerakan yang erotis. “Saat saya melihat itulah saya langsung menegur dan menunjukkan ini loh pakem joged yang benar,” ujar Mang Ori seraya tersenyum. Melibatkan siswa dari kelas 7, 8, dan 9 membuat Mang Ori berharap agar anak didiknya dapat melestarikan kesenian Bali khususnya joged bumbung agar dapat lestari dengan pakem-pakemnya. (bbn/rls/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls