search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
I Made Lod Manatha, Sang Veteran Penekun Sastra
Minggu, 14 Oktober 2018, 08:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com,Denpasar. I Made Lod, demikian panggilan akrabnya. Di masa muda ia seorang sutradara ternama. Lod ingat betul, di masa perjuangan ia pernah mementaskan drama yang meregangkan dada, yakni Rangga Lawe. 
 
[pilihan-redaksi]
Inilah sebuah lakon yang ia pelajari sendiri lewat teks Kidung Rangga Lawe. Di Bali, kidung ini lebih dikenal dengan nama Panji Wijaya Krama, sebuah cerita yang berkisah tentang pembangunan Negara Majapahit. Dalam kisah ini, Rangga Lawe adalah tokoh besar, memiliki patriotism tinggi. Dan, seorang I Made Lod pun terbius oleh kisah besar dan patriotism Rangga Lawe itu.
 
Namun I Made Lod, 71 tahun, tetaplah seorang putra Denpasar yang punya kisah hidupnya tersendiri. Ia dilahirkan di Dangin Tangkluk, Kesiman, pada tahun 1927. Ayahnya, I Made Renteng, adalah seorang petani lugu. Sementara itu ibunya, Ni Ketut Ciplek, Cuma bekerja seadanya. Di zaman penjajahan Belanda, Made Lod mendapatkan pendidikan di Volk School, selama tiga tahun (1933-1930). Melanjutkan Vervolg School selama dua tahun, 1936-1938.
 
Setamat di Vervolg School, tahun 1948, ia melanjutkan studi di OVO (Sekolah Guru Desa). Di Gianyar. Kemudian di tahun 1963, Lod mengikuti ujian tertulis Pendidikan Guru Atas (KGA), dimana ia belajar mempergunakan modul, persis sebagaimana Universitas Terbuka sekarang. Dan pada tahun 1945, Lod Mengabdikan diri sebagai guru di Sekolah Rakyat (SR).
 
Pada masa pendudukan tentara Jepang, ia mencoba membentuk sekaa mabebasan bersama saudara misannya, I Dama. Tujuannya tak lain mengelabui perjuangan rakyat dari mata-mata NICA. Namun sial, di tahun 1945 itu, Lod ditangkap polisi Jepang Ida Bagus Grebag. Lod akhirnya dipenjara selama dua tahun, di rumah tahanan Pekambingan.
 
Di Gianyar, ketika Made Lod melanjutkan Sekolah Guru Desa (OVO), ia bertemu dengan guru kakawin, Ida Bagus Puji dari Klungkung. Lod sangat mengagumi tokoh ini. Maklum, ketika itu tokoh-tokoh sastra dari Klungkung menjadi kultus bagi tokoh sastra di daerah lain. Di masa ini pula, Lod bergabung dengan sanggar drama Rempah Ratus, Gianyar. Berkat pengalamannya itu, di tahun 1963, bersama Ida Bagus Rai (Ida Pedanda Ngurah Bajing) artis film pertama yang dimiliki Bali lewat peran tokoh Jayaprana, Made Lod lalu mendirikan sanggar drama Kusuma Sari.
 
Penting diketahui, Made Lod-lah yang mengusulkan dalam satu Pesamuhan Agung (Kongres) Bahasa Bali, supaya sastra Kawi yang sarat dengan ajaran agama dibahasakan ke dalam bahasa Bali lumbrah. Maksud tiada lain adalah agar mudah dipahami oleh anak-anak. Maka, lahirlah tim yang dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Bali, diberi tugas mengalihbahasakan sastra Kawi ke dalam Bahasa Bali kepara (lumbrah, umum) dalam bentuk satua-satua (Bali).
 
[pilihan-redaksi2]
Lod juga salah satu tim penerjemah sastra Klasik Bali, yang juga terbentuk atas prakarsa Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Bali. Di antaranya proyek itu meliputi terjemahan kakawin, kidung, babad, purana, dan sebagainya. Ada sejumlah terjemahan yang sudah dipublikasikan diantaranya: Ramayana, Arjunawiwaha, Bharatayudha, Sutasoma, Bomakawya, Siwaratrikalpa, Partayadnya, Kidung Tantri, Kidung Lawe, Adiparwa, dan lain-lain.
 
Made Lod yang kini telah dikaruniai 9 cucu, sekaligus sebagai Veteran Angkatan 45, juga telah dianugrahi Piagam Kerti Budaya oleh Bupati Badung Pande Made Latra, tahun 1985. Di sana ia dinyatakan sebagai tokoh seniman sastra daerah. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami