Dampak "Sinar Laser" Terhadap Cuaca Panas di Bali, Ini Penjelasannya
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Sinar laser kini menjadi "kambing hitam" atas terjadinya suhu udara panas di Bali belakangan ini. Sinar laser juga menjadi "tersangka" karena hujan tak kunjung turun di wilayah Pulau Bali. Benarkah seperti itu?
Pengusaha yang bergerak di bidang penyewaan lampu pertunjukan, Jos Darmawan, mengatakan apa yang kini ramai menjadi polemik di masyarakat itu sepenuhnya tidak benar. Jos menjelaskan, apa yang disebut-sebut sebagai sinar laser sebenarnya adalah lampu biasa.
"Itu alat sebenarnya "lampu event", bukan sinar laser, kalau kita menyebutnya "sky tracker", ada juga yang kita sebut lampu "Medusa", dengan kekuatan daya 4.000 hingga 7.000 Watt. Kalau disebut laser itu salah banget, yang benar itu lampu efek untuk event (acara). Lampu event ini digunakan sebagai tanda ada ada sebuah event acara, penanda ada event atau acara di tempat tersebut, jadi ndak ada pengaruhnya ke cuaca, dampak panas juga nggak ada, itu hanya cahaya, efek lampu terlihat bagus jika ada awan yang kena efek lampu," papar Jos di Denpasar, Jumat (6/12/2019).
Menurut Jos, pemahaman masyarakat selama ini tentang "lampu event" selama ini masih salah. Sehingga lampu event yang merupakan lampu biasa berdaya 2.500 hingga 7.000 watt disebut sebagai sinar laser.
"Logikanya jika ada gumpalan awan di atas sana lalu dipanasin akan mencair jadi hujan. Tidak sebaliknya mengusir hujan. Logikanya sudah tidak ada. Jadi lampu event ini tidak ada efeknya terhadap cuaca," ujar pria yang juga kolektor ratusan mobil kuno di Bali ini.
Jika sinar laser, sebut Jos, berwarna warni seperti hijau, biru atau multi warna, dan sifatnya juga jika dipakai hanya sebagai bagian dari lampu event sebagai penanda sedang berlangsungnya sebuah acara, dan bukan sebagai lampu yang berfungsi sebagai penangkal hujan.
"Kalau pawang hujan saya lebih percaya karena kepercayaan itu memang ada di tengah masyarakat dan memang terbukti, meski ada juga kadang ada pawang hujan yang gagal, tapi ada juga pawang hujan yang berhasil untuk mengalihkan atau menahan hujan saat sebuah event acara berlangsung. Kalau itu pawang hujannya yang bekerja untuk geser hujan, bukan lampu atau sinar lasernya," imbuhnya.
Lampu event ini biasanya disewakan antara Rp 3 hingga Rp 5 juta per lampu untuk sekali event acara. Namun nilai sewa itu variatif sesuai ukuran lampu yang dipakai dan juga skala event atau acara yang digelar.
"Jadi saya sampaikan lagi bahwa anggapan sinar laser sebagai penangkal hujan itu tidak benar. Itu hanya sugesti ampuh yang berkembang dan dipercaya di tengah masyarakat. Kadang lampu event yang dianggap sinar laser ini digunakan juga pada siang hari karena dipercaya bisa usir hujan, padahal lampu itu cocoknya digunakan malam hari," sebut Jos yang memulai bisnis penyewaan lampu event sejak 2.003 di Bali dan Jakarta.
Terkait polemik dampak sinar laser terhadap iklim atau cuaca di Bali ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Bali lewat Kasubid Pelayanan Jasa BMKG Wilayah III, Decky Irmawan, mengatakan kecil dugaan sinar laser menjadi penyebab terlambatnya turun hujan. Dugaan itu harus dikonfirmasi terlebih dahulu apakah yang dimaksud sinar laser atau kemungkinan sinar lampu sorot.
"Apakah sinar laser memengaruhi atau mampu menghalangi pembentukan awan, terkait isu tersebut, tentu harus dipahami terlebih dahulu. Apakah benar yang dimaksud atau dilihat tersebut sinar laser atau malah lampu sorot oleh masyarakat dikira sinar dari laser," jelasnya, Senin (2/12/2019).
"Kecil dugaan bahwa sinar laser dapat memengaruhi atau menghambat pertumbuhan dari awan. Jika secara umum hal tersebut dianggap sebagai laser, tentu akan membutuhkan panas sangat kuat. Sementara uap air akan menguap pada suhu 100 derajat celcius. Apakan dari sinar laser ke tinggi dasar awan suhunya bisa mencapai 100 derajat celcius, sehingga dapat menguapkannya, ini yang harus dipahami dulu," ujarnya.
Mengenai suhu udara Bali yang panas belakangan ini, Decky Irmawan mengatakan kondisi tersebut disebabkan karena posisi gerak semu matahari sedang berada di sekitar ekuator, dimana Bali juga menerima dampak pemanasan tersebut. Karena sinar matahari tidak terhalang oleh awan saat diterima oleh permukaan bumi maka panasnya akan diserap secara maksimal.
Reporter: bbn/psk