search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pedagang Baju di Hotel Kini Banting Setir Jualan Telur di Jalan
Minggu, 25 Oktober 2020, 09:45 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Banyak cara bisa dilakukan agar mampu bertahan hidup di tengah kondisi pandemi yang telah melumpuhkan beberapa sektor usaha terumata di sektor pariwisata.

Secara tidak langsung memberi dampak ke SDM yang tergantung di sektor pariwisata tersebut. Seperti misalnya salah cara bertahan hidup dilakukan Wayan Sution yang akhirnya banting setir berjualan telur ayam di pinggir jalan di jalan Veteran, Denpasar. 

Sebelumnya pria asal Kitamani, Batur, Bangli ini mengaku jualan baju kaos berciri khas Bali di depan beberapa hotel di Denpasar maupun di daerah Kuta Badung. 

Akan tetapi semenjak Covid-19 melanda Bali, berangsur-angsur usaha yang ditekuni dirinya selama 20 tahun mati suri yang akhirnya membuat usahanya ikut gulung tikar.

"Bagaimana bisa bertahan pak, tamu tidak ada siapa saya jualin baju di hotel-hotel," keluhnya saat disambagi, Sabtu (24/10) di Jalan Veteran, Denpasar.

Akhirnya dirinya mencoba beralih berjualan telur Ayam dengan mobil yang sampai saat ini masih dilakoninya. Awal berjualan telur dirinya merasa senang karena lumayan laku akan tetapi, belakangan ini telah mulai menjamur usaha sejenis di Denpasar sehingga membuat omsetnya sedikit mengalami penurunan.

"Dulu lumayan saya bisa berjualan dagangan ini (telur Ayam), akan tetapi saat ini paling banyak bisa berjualan beberapa kerat telur saja. Per kerat biasa saya jual dari Rp 35 ribuan sampai Rp 40 ribuan perkerat," ujarnya.

Dirinya merasa memang ada perbedaan berjualan baju kaos dengan berjualan telur. Berjualan baju kaos hanya butuh beberapa jam saja berjualan sudah bisa menjual beberapa baju, akan tetapi berjualan telur bisa berhari-hari di jalan kadang ada pembeli dan terkadang tidak ada sama sekali.

"Berjualan ini bisa membuat saya berhari-hari di jalan. Ya,apa pun kondisinya tetap harus disyukuri saja," cetusnya.

Lebih parahnya lagi pria ramah ini menyampaikan, ketiga anaknya sebelumnya semua bekerja di sektor pariwisata akhirnya ikut membuka lapak dagangan. Ada yang berjualan telur dan ada juga buka usaha lapak teh Poci.

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami