Kasus Gangguan Seksual Selama Pandemi Covid-19
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Tanya: “Dok, to the point saja ya, selama pandemi yang sudah lewat satu setengah tahun ini, kehidupan seksualku malah berantakan. Memang di awal pandemi, saat masih di rumah saja, aku dan istri sangat menikmati waktu-waktu kami bersama. Bercinta selalu memuaskan dan kita nikmati bersama. Tetapi sekitar tiga bulan berikutnya aku kok mengalami kelemahan pada ereksi.
Istri jadi sering merasa kecewa juga. Malah sudah beberapa bulan belakangan gairah seksual menjadi menurun drastis. Aku tanya ke teman-teman rupanya banyak juga yangmengalami hal serupa. Apa memang banyak kasus seperti aku selama pandemi? Bagaimana memastikan apa sudah terganggu, sebelum aku ke dokter?Apa ada hubungannya dengan badanku yang sekarang cenderung obesitas? Dan apa yang harus dilakukan Dok? (Budi, 28, Kuta)
Jawab: Benar sekali. Selama pandemi, gangguan seksual pada laki-laki juga bermunculan dan perlu diatasi dengan baik. Jangan dibiarkan hanya karena pandemi belum usai, karena kapan pandemi usai juga belum dapat dipastikan. Pandemi juga mengakibatkan permasalahan kompleks, salah satunya permasalahan seksual yang akhirnya menentukan kualitas hidup. Berdasarkan banyak laporan dari praktek dokter di klinik dan praktek pribadi, ditemukan kasus gangguan seksual pada laki-laki yang sering terjadi selama pandemi adalah disfungsi ereksi dan dorongan seksual yang menurun.
Pertama, tentang disfungsi ereksi, ini adalah kondisi saat laki-laki tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang optimal untuk mencapai kepuasan seksual dalam hubungan seksual. Sebenarnya hampir 25 persen laki-laki di Indonesia memiliki gangguan ereksi dengan keluhan tidak merasakan lagi kekerasan ereksi yang optimal. Memang akhirnya ini akan dapat membawa akibat cukup serius dalam kepuasan seksual pasangan yang akhirnya mengganggu keharmonisan rumah tangga serta aktivitas sehari-hari juga.
Untuk melakukan deteksi dini atau lebih awal, memang bisa dilakukan di rumah, tanpa perlu ke dokter dulu dengan sebuah cara sederhana yang bisa dilakukan buat mencari tahun apakah sudah terjadi gangguan ereksi. Bahkan memungkinkan juga untuk memperkirakan yang dialami itu termasuk gangguan ereksi yang ringan, sedang, atau berat.
Cara sederhana untuk mengukur kekerasan ereksi penis ini adalah menggunakan prediksi derajat ereksi yang disebut Erection Hardness Score (EHS). EHS ini mengelompokkan kekerasan ereksi dalam empat skor atau nilai. Bisa disimak keempat skor tersebut dari yang paling tinggi, sekalian membandingkan dengan kondisi ereksi masing-masing:
Skor 4 : Saat ereksi, penis keras seluruhnya dan tegang sepenuhnya, diibaratkan seperti buah ketimun. Ereksi terasa optimal dan saat penetrasi akan terasa maksimal sehingga hubungan seksual terasa memuaskan. Ini adalah keadaan ereksi yang paling kuat dan paling baik.
Skor 3 : Penis cukup keras untuk penetrasi namun tidak benar-benar keras, teraba seperti sosis. Walaupun masih bisa melakukan hubungan seks, ereksi yang dirasakan tetap tidak optimal. Sering kali disfungsi ereksi di skala ringan ini belum disadari laki-laki, tetapi pasangan sudah merasakan ada berkurang kekerasannya.
Skor 2 : Penis saat terangsang bisa mengeras namun tidak cukup keras untuk penetrasi dalam hubungan seksual, kalau diraba atau dipencet terasa seperti pisang yang sudah dibuka kulit buahnya. Disfungsi ereksi skala ini terbilang moderat, penis membesar namun tidak cukup keras. Pasangan mulai merasa tidak puas karena saat penetrasi tidak lagi terasa menyenangkan.
Skor 1 : Saat ereksi, penis sedikit membesar namun tidak mengeras, kalau diraba atau dipencet terasa serupa tape singkong. Disfungsi ereksi dalam skala ini termasuk gangguan ereksi derajat berat. Seringkali tidak sampai bisa penetrasi.
Jadi, jika skornya adalah 4, maka tidak ada masalah dengan ereksi. Jika dirasa mulai kurang keras, bisa jadi skornya adalah 2-3 dan mulai dirasakan hubungan seksual kurang memuaskan.
Jika skornya 1, bisa dipastikan hubungan seksual gagal terjadi. Sesungguhnya jika dirasakan ereksi mulai terganggu, mulai skor 3 jika sudah disadari, semakin awal berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan, maka kepulihan akan semakin baik. Kemungkinan akan diberikan pengobatan untuk penyakit penyebabnya dengan dibantu dengan pengobatan untuk memberikan bantuan ereksi dan perbaikan fungsi pembuluh darah penis.
Berikutnya memperhatikan apa yang menjadi penyebab gangguan seksual, dalam hal ini gangguan ereksi. Walaupun merasa sehat dan masih muda, jangan-jangan selama pandemi masih berlangsung, telah terjadi permasalahan psikis juga yang tanpa disadari mempengaruhi juga kesehatan seksualnya. Bisa jadi tekanan ekonomi, permasalahan dengan istri, dan sumber ketegangan psikis lain. Atau memang mungkin juga ada penyebab fisik antara lain: 1) kelelahan, yang bisa menyebabkan aliran darah terganggu, 2) penyakit, misalnya kencing manis dan kolesterol tinggi, 3) merokok, di mana nikotin yang terserap oleh darah akan dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah, penyumbatan pembuluh darah, termasuk penyumbatan pembuluh darah dalam penis, 4) mengonsumsi obatan-obatan tertentu juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi, demikian pula kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol.
Berikutnya yang kedua, tentang dorongan seksual yang menurun. Bisa jadi penyebabnya adalah penurunan level hormon seksual, dalam hal ini adalah hormon testosteron. Kadar hormon testosteron menurun akan muncul keluhan yang dapat menurunkan kualitas hidup seseorang juga secara umum. Yang kemudian sering dikeluhkan adalah fungsi seksual yang menurun sehingga dorongan seksual menjadi terganggu, tidak maksimalnya ereksi dan tidak merasakan orgasme yang baik lagi. Menurunnya hormone testosteron yang sering dihubungkan dengan penuaan, sebenarnya juga sudah bisa terjadi di usia yang lebih muda. Jika kadar hormon ini menurun maka akan muncul keluhan dan bisa menurunkan kualitas hidup seseorang.
Secara keseluruhan, testosteron tidak hanya dibutuhkan untuk kepentingan seksual saja, tetapi testosteron diperlukan untuk membentuk otot, tulang, darah, energi, fungsi seksual seperti ereksi dan orgasme, fungsi kecerdasan dan kenyamanan secara umum. Dengan gejala-gejala yang timbul jika seseorang mengalami penurunan kadar testosteron adalah meningkatnya lemak di perut sehingga akan terlihat perut membuncit, rambut yang mulai berkurang sehingga mengalami kebotakan, fungsi seksual yang menurun dengan tanda menurunnya dorongan seksual, tidak maksimalnya ereksi dan tidak merasakan orgasme yang baik lagi.
Juga ada keluhan umum seperti gangguan tidur dan suasana hati serta penurunan rasa kenyamanan seperti lelah, depresi, bingung dan berkeringat di malam hari.
Jika melihat adanya serangkaian keluhan tersebut maka perlu dipastikan kemudian antara tanda penurunan testosteron ini dengan pemeriksaan fisik yang lebih cermat oleh seorang dokter yang paham kesehatan seksual dan pengobatan hormon untuk selanjutnya dikonfirmasi juga dengan pemeriksaan laboratorium seperlunya. Perlu dicatat bahwa obesitas atau kegemukan dapat juga menjadi penyebab testosteron rendah.
Dalam kasus obesitas, jumlah sel-sel lemak dalam jumlah besar meningkatkan proses perubahan testosteron ke hormon lain sehingga menyebabkan kadar testosteron menjadi rendah. Kegemukan dan proses penuaan ini yang menjadi penyebab terbanyak penurunan testosteron saat ini.
Secara lebih sederhana, untuk mengetahui apakah seseorang mengalami penurunan testosteron atau tidak, bisa dilakukan deteksi awal dengan cara menjawab pertanyaan berikut ini:
1. Apakah libido dan dorongan seksual menurun akhir-akhir ini?
2. Apakah merasa lemas dan kurang bertenaga?
3. Apakah daya tahan dan kekuatan fisik menurun?
4. Apakah tinggi badan berkurang?
5. Apakah merasa kenikmatan hidup mulai menurun?
6. Apakah sering merasa kesal atau mudah marah?
7. Apakah kekuatan ereksi kurang kuat?
8. Apakah merasakan penurunan kemampuan dalam berolahraga?
9. Apakah sering mengantuk dan tertidur setelah makan malam?
10.Apakah merasakan adanya perubahan atau penurunan prestasi kerja?
Jika jawaban no 1 dan 7 adalah ya atau ada 3 jawaban yang ya, selain pada nomer tersebut, kemungkinan kadar testosteronnya menurun. Tapi hal ini harus dicek lagi dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Selanjutnya untuk mengatasi semua hal ini, terutama dorongan seksual menurun yang disebabkan oleh penurunan hormone testosterone, saat ini bisa dilakukan dengan lebih efektif dan cepat dengan cara melakukan testosteron replacement theraphy, yaitu sejenis terapi dengan cara memberikan hormon testosteron yang fungsinya sama dengan testosteron alami di dalam tubuh.
Terapi testosteron ini ada dalam bentuk pil atau gel untuk jangka pendek, dan ada juga melalui injeksi untuk jangka lebih panjang. Pengobatan ini berlangsung jangka panjang, sehingga harus terus dimonitor agar bisa meningkatkan kualitas hidupnya.
Pemberian testosteron ini sesungguhnya tidak hanya meningkatkan fungsi seksual saja, tapi juga semua aspek yang berperan dalam meningkatkan kualitas hidup, aktifitas sehari-hari menjadi lebih semangat dan bergairah, hidup menjadi nyaman dan komposisi tubuh menjadi sehat dan bugar kembali. Tentu saja perlu didukung dengan pola hidup sehat, makan yang berimbang, olahraga yang cukup dan hindari stres.
Terakhir, jika memang sudah mulai mengalami gangguan ereksi dan menurunnya dorongan seksual, prinsip utamanya sebenarnya adalah semakin awal dikonsultasikan dan dicari penyebabnya maka akan menjadi semakin lebih cepat sembuh. Menentukan jenis penyebabnya adalah hal yang paling penting dilakukan, dengan berkonsultasi ke dokter yang paham kesehatan seksual, untuk selanjutnya ditentukan terapinya.
Reporter: bbn/oka