search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kanada Buka Penyelidikan Atas Insiden Kapal Selam Wisata Titanic
Minggu, 25 Juni 2023, 20:22 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Kanada Buka Penyelidikan Atas Insiden Kapal Selam Wisata Titanic

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Kanada membuka penyelidikan atas insiden kapal selam Titan milik OceanGate yang meledak saat mengunjungi bangkai Titanic. Pihak Kanada mempertanyakan soal ekspedisi bawah laut yang tidak memiliki aturan baku itu.

Diberitakan Reuters pada Jumat (24/6), Dewan Keselamatan Transportasi Kanada (TSB) mengatakan pihaknya meluncurkan "penyelidikan keselamatan mengenai keadaan" operasi Titan.

Hal itu dilakukan karena kapal pendukung yang berada di permukaan, Polar Prince, adalah kapal berbendera Kanada.

Tim TSB dikirim ke St. John's, Newfoundland and Labrador, Kanada, yang terletak sekitar 965 kilometer sebelah utara lokasi kecelakaan tragis tersebut.

Di kota terakhir sebelum ke Samudera Atlantik tempat bersemayam puing-puing Titanic itu, mereka mengumpulkan informasi dan melakukan wawancara terhadap sejumlah pihak terkait.

Puing-puing kapal selam Titan sebelumnya ditemukan di dasar Laut Atlantik Utara pada Kamis (22/6) oleh kendaraan selam robotik yang dikerahkan oleh kapal pencari Kanada.

Penemuan ini sekaligus mengakhiri pencarian internasional selama lima hari terakhir sejak kapal selam itu hilang kontak sejak Minggu (18/6).

Laksamana Muda Penjaga Pantai AS John Mauger menyebut puing-puing pecahan Titan tercecer di dasar laut sekitar 1.600 kaki (488 meter) dari haluan bangkai kapal Titanic, sekitar 2-1/2 mil (sekitar 4 kilometer) di bawah permukaan air laut.

Mauger mengatakan bahwa temuan puing-puing itu sejalan dengan teori "ledakan kendaraan yang dahsyat".

Hal itu berarti kapal sepanjang 7 meter itu remuk dan hancur hingga bertebaran karena tekanan hidrostatik yang sangat besar dari laut di kedalaman tersebut.

Kapal ini mengangkut lima orang, yaitu CEO OceanGate yang menjadi pilot, Stockton Rush; miliarder Shahzada Dawood, dan anaknya yang masih 19 tahun Suleman Dawood; Hamish Harding; serta Paul-Henri Nargeolet.

Guillermo Söhnlein, yang ikut mendirikan OceanGate dengan Rush pada 2009, mengatakan bahwa Rush "sangat sadar" akan bahaya menjelajahi kedalaman laut.

"Stockton adalah salah satu manajer risiko paling cerdik yang pernah saya temui," kata Söhnlein, yang meninggalkan perusahaan pada 2013 tapi masih punya minoritas saham. "Dia sangat menghindari risiko."

Beberapa pihak mempertanyakan pilihan Stockton yang menggunakan serat karbon sebagai material untuk membuat lambung pada kapal selam miliknya. Padahal bahan material itu dihindari oleh banyak pihak karena dianggap tak cukup kuat menghadapi tekanan hidrostatik samudera.

"OceanGate telah membuat kendaraan eksperimentalnya sendiri dengan bahan yang dihindari oleh orang lain," kata manajer investasi Ray Dalio, salah satu pendiri OceanGate.

"Memutuskan untuk melewati proses sertifikasi yang dirancang untuk menjamin keselamatan, dan memilih untuk mengabaikan peringatan dari banyak pakar dalam komunitas kapal selam," lanjutnya.

Penjelajah Titanic asal Inggris, Dik Barton, juga menyoroti masalah desain dan pemeliharaan Titan, dengan mengatakan, "ada banyak tanda bahaya di sini."

Salah satu calon penumpang Titan yang juga investor asal Las Vegas, Jay Bloom, mengatakan dia menolak ikut pada menit-menit terakhir untuk bergabung dengan perjalanan Titan karena perihal keamanan.

Pria yang juga pilot helikopter berlisensi itu mengatakan dirinya khawatir terkait penggunaan suku cadang kelas awam oleh Stockton untuk Titan, termasuk soal penggunaan joystick video game sebagai setir kapal.

Blood juga "ketakutan" dengan kenyataan bahwa kapal selam ini dikunci dari luar yang dinilai mencegah pengunjung keluar dalam kondisi darurat.

Pertanyaan tentang keselamatan Titan sempat muncul pada 2018 selama simposium para pakar industri dan dalam gugatan mantan kepala operasi kelautan OceanGate, yang selesai akhir tahun itu.

Insiden Titan ini jadi kematian pertama yang diketahui dalam lebih dari 60 tahun eksplorasi sipil ke dalam laut.

Namun menurut sejumlah pakar industri, OceanGate bebas menempuh jalannya sendiri karena perairan internasional berada di luar peraturan pemerintah.

OceanGate sendiri belum buka suara soal pertanyaan atas sertifikasi dari industri atau masalah keselamatan yang menyeret perusahaan itu.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami