Putin-Elite Militer Rusia Masih 'Sembunyi' Usai Wagner Group Berontak
beritabali.com/cnnindonesia.com/Putin-Elite Militer Rusia Masih 'Sembunyi' Usai Wagner Group Berontak
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Presiden Vladimir Putin hingga para elite militer seolah hilang dari peradaban usai kelompok tentara bayaran Rusia Wagner Group melakukan pemberontakan pada Jumat (23/6) malam.
The New York Times melaporkan Putin, Menteri Pertahanan Sergei K. Shoigu, maupun kepala staf militer Valery V. Gerasimov belum juga menunjukkan batang hidungnya pada Minggu (25/6), sehari setelah kekacauan di Rostov dan sekitar Moskow.
Hal itu pun memicu publik Rusia bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dengan internal pemerintahan Negeri Beruang Merah di tengah invasinya ke Ukraina yang masih berlangsung.
"Di mana kepemimpinan Kementerian Pertahanan selama unit bersenjata (Wagner) mendekat ke Moskow?" tulis Yuri Kotenok, blogger militer berpengaruh di Rusia, seperti dikutip The New York Times, Minggu (25/6).
Putin dikabarkan telah meninggalkanMoskow ketika tentara bayaran Wagner Group berkhianat dengan berencana berbalik menyerang Moskow pada Sabtu (24/6).
Ada banyak laporan media lokal independen Rusia bahwa pesawat kepresidenan Putin telah lepas landas dari Bandara Vnukovo Moskow pada Sabtu sekitar pukul 14.16 setempat dan menuju barat laut.
Menurut data dari situs pelacakan FlightRadar, pesawat kepresidenan Rusia bernomor Il-96-300PU mencapai area Tver, sekitar 177 kilometer dari Moskow dan kediaman Putin sebelum akhirnya radar menghilang dari sistem.
Dikutip The Guardian, belum ada informasi apakah Putin ada di pesawat kepresidenan tersebut.
Bukan cuma Putin, bos Wagner Group Yevgeny Prigozhin juga kelihatan tak banyak bicara pada hari yang sama. Seorang penyiar independen Rusia yang meminta juru bicara Prigozhin berkomentar diberitahu bahwa bos tentara bayaran itu tak bersedia buka suara saat ini.
Meski begitu, Prigozhin disebut akan secepatnya menanggapi pertanyaan pers.
Sementara itu, diberitakan The Independent, Shoigu ternyata mengunjungi pasukan Rusia yang terlibat dalam operasi militer di Ukraina usai ribut-ribut aksi Wagner.
Kegiatannya itu dilaporkan kantor berita Rusia RIA Novosti hari ini, Senin (26/6), di tengah spekulasi bahwa sang Menhan ditempatkan dalam tahanan rumah yang ketat imbas pemberontakan Wagner.
Dalam sebuah video yang dirilis Kemhan Rusia, Shoigu terlihat terbang dengan pesawat bersama rekannya dan mendengar laporan di sebuah pos komando yang dikelola oleh kelompok militer Zapad Rusia.
Meski begitu, tak diketahui di mana dan kapan kunjungan itu dilakukan.
Selain agenda Shoigu, The Independent juga melaporkan bahwa tentara Wagner kembali ke wilayah Ukraina timur, lokasi yang dikendalikan mereka selama invasi Rusia.
Padahal, berdasarkan kesepakatan antara Kremlin yang dimediasi Belarusia, Wagner memutuskan pindah ke negara tetangganya tersebut.
Akhir pekan kemarin, Wagner melakukan pemberontakan dengan berbalik menyerang Kremlin usai menuding Kemhan Rusia menyerang kamp militer mereka.
Bos Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, mengerahkan pasukannya menduduki markas militer Rusia di Rostov dan mengirim tentara menuju Moskow guna menggulingkan Menhan Sergei Shoigu.
Namun, tak lama dari itu, Prigozhin menarik mundur pasukannya demi menghindari pertumpahan darah di Moskow. Ia menarik diri setelah bernegosiasi dengan Kremlin.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menjelaskan kesepakatan antara pemerintah Rusia dan Wagner telah dicapai untuk "menghindari pertumpahan darah, menghindari konfrontasi internal, dan untuk menghindari bentrokan dengan konsekuensi yang tidak terduga."
Kendati begitu, Peskov tak menjelaskan apakah ada kesepakatan soal perubahan dalam kepemimpinan militer Rusia seperti yang diminta Prigozhin.
Hasil akhir dari kesepakatan itu, Prigozhin diizinkan pindah ke Belarusia, negara tetangga Rusia sekaligus sekutu dekat Moskow.
Namun, sejumlah pakar menilai Prigozhin tak akan aman selama di Belarus, mengingat rekam jejak Putin yang bakal terus mengejar orang-orang yang mengkhianatinya, baik di Rusia maupun negara lain.
Di samping itu, pemberontakan ini juga dinilai menjadi tusukan tajam bagi kekuasaan kebal Putin. Sebab seiring dengan perginya Wagner dari Rostov-on-Don, masyarakat justru bersorak dan mendukung para prajurit bayaran tersebut melangkah.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net