Penyintas Holocaust: Saya dan Banyak Orang Yahudi Menentang Israel
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Sejak pekan lalu kelompok-kelompok aktivis Yahudi di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat berunjuk rasa menentang pengeboman dan blokade Israel di Gaza.
Salah satu kelompok Yahudi seperti Anti-Defamation League di New York menolak tindakan Israel, karena dianggap tidak mewakili sikap sesama warga Yahudi.
Pada Rabu (23/10) lalu, ribuan orang Yahudi juga berkumpul di Capitol Hill Amerika Serikat, sambil membawa bendera Palestina dan berdemonstrasi untuk mendukung hak-hak rakyat Palestina.
Aksi tersebut diselenggarakan oleh Jewish Voice for Peace dan IfNotNow, dua kelompok Yahudi terbesar di AS yang menyerukan penyelesaian konflik Israel-Palestina secara adil dan damai.
Salah satu warga keturunan Yahudi penyintas insiden Holocaust, Gabor Mate, mengatakan sebenarnya banyak orang Yahudi yang menentang tindakan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
"Banyak sekali orang-orang yang tidak sedikit pun rasis, ikut meratapi serta menentang tindakan negara Israel. Sebagai orang Yahudi, saya salah satunya," kata Mate dalam diskusi di akun Youtube pribadinya.
Dia mengatakan, "Jika Anda adalah seorang pro-Zionis, yang sepenuhnya percaya bahwa keyahudian bisa diidentikkan dengan Zionisme Israel, maka persepsi itu adalah hasil dari keyakinan Anda bahwa Yahudi diidentikkan dengan Israel."
Mate mengatakan jika melihat sejarah, ada banyak orang Yahudi yang mengkritik gerakan Zionis dan menunjukkan potensi bahayanya serta mengingatkan apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Kendati demikian, pria yang berprofesi sebagai dokter sekaligus penulis ini juga menegaskan serangan milisi Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu, tidak bisa dibenarkan.
Namun dia juga tak setuju jika semua serangan dan gempuran Israel di Gaza disebut sebagai genosida. Dia menyebut apa yang dilakukan Israel ke Gaza saat ini lebih parah sehingga disebut sebagai kejahatan perang besar.
"Apa yang dilakukan Israel saat ini sama sekali tidak bisa dibenarkan, dan ini bukan respons terhadap apa yang baru saja terjadi," ungkap Gabor Mate.
Dia juga mengutip pernyataan mantan jenderal Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Amiram Levin, yang berpendapat kendali Israel di wilayah Tepi Barat Palestina mirip dengan kebijakan diskriminatif di masa Nazi Jerman.
"Ini pernyataan tentara Israel, bukan orang yang anti-Yahudi. Hanya preman Nazi yang bisa menyerang orang-orang Yahudi dengan impunitas bahkan dengan dukungan polisi," kata dia.
"Begitu pula para pemukim [Israel] di wilayah pendudukan [di Gaza] yang menyerang, menghancurkan dan membunuh anak-anak. Tapi ketika Palestina melawan, tentara justru muncul untuk mendukung para pemukim. Hal ini dikatakan sendiri oleh mantan wakil kepala pasukan Israel," ujarnya.
Ketika ditanya apa beda antisemitisme dan kritik terhadap Israel, sebagai seorang penyintas Holocaust, Gabor menyebut ada orang yang membenci Yahudi, hanya karena mereka Yahudi, bukan karena apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh orang Yahudi.
Hal ini, menurutnya, banyak dialami orang-orang yang menjadi sasaran anti-Yahudi, aksi anti orang berkulit hitam, dan aksi anti-Islam di dunia.
"Orang-orang Yahudi telah lama menjadi sasaran antisemitisme semacam itu, di mana perasaan anti-Yahudi tidak ada hubungannya dengan apa yang dilakukan orang Yahudi," kata dia.
Menyoal kondisi di Gaza, Gabor Mate juga menyerukan agar gencatan senjata segera diwujudkan di Gaza.
"Saya di sini bukan untuk mendukung Hamas, saya tidak suka Hamas, saya tidak suka apa yang mereka perjuangkan. Saya tidak menyukai apa yang mereka lakukan terhadap orang-orangnya sendiri, tapi mereka mengajukan permintaan yang masuk akal tentang pertukaran sandera," ungkap Gabor Mate.
"Biarkan itu terjadi karena para sandera yang ditahan Hamas adalah orang-orang yang tidak bersalah, sama seperti ribuan orang di penjara Israel yang tidak bersalah," tuturnya.
Sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan tak akan ada gencatan senjata di Gaza, karena itu merupakan tanda menyerah kepada Hamas.
"Panggilan untuk gencatan senjata adalah panggilan bagi Israel untuk menyerah kepada Hamas, menyerah kepada terorisme, menyerah kepada barbarisme. Ini tidak akan terjadi," kata dia dikutip AFP.
Militer Israel sebelumnya beberapa kali mengultimatum warga sipil Jalur Gaza agar segera mengungsi ke wilayah selatan.
Di satu sisi, warga Gaza tak punya lagi tempat berlindung atau mengungsi dari gempuran Israel karena wilayah itu benar-benar diblokade oleh pasukan Zionis.
Gempuran tanpa henti militer Israel di Gaza telah menewaskan ribuan orang. Per Senin (30/10) kemarin, Kementerian Kesehatan di Gaza menyebut ada 8.306 orang sebagian warga sipil, yang tewas dalam serangan udara Israel.
Sebagian besar dari korban tewas adalah anak-anak dan perempuan. Hampir semua rumah sakit di Gaza juga kian kewalahan menangani pasien, di tengah menipisnya stok obat-obatan dan peralatan medis.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net