search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tren Kekerasan Dilakukan Anak-anak dan Remaja, Psikolog Ungkap Pemicunya
Kamis, 18 Januari 2024, 11:22 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/Tren Kekerasan Dilakukan Anak-anak dan Remaja, Psikolog Ungkap Pemicunya.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Faktor tempat tinggal atau lingkungan sekitarnya menjadi penyebab tindakan kekerasan yang dilakukan remaja dan anak-anak belakangan ini.

Secara langsung maupun tidak langsung dari melihat atau mendengar tindakan kekerasan tersebut, mereka menganggap melakukan kekerasan adalah hal yang wajar. 

Psikolog, Ni Made Pradnya Amadeandra Kusuma, M.Psi. mengatakan anak-anak maupun remaja dapat melakukan tindakan kekerasan karena beberapa faktor mulai, faktor lingkungan, adanya “contoh” atau “model” tindakan kekerasan di sekitar anak. 

Misalnya, kata dia, melihat orang dewasa melakukan tindak kekerasan, atau anak menonton film atau berita yang mengandung kekerasan. Hal ini membuat Anak secara langsung maupun tidak langsung melihat atau mendengar tindakan kekerasan tersebut dan tidak disertai dengan penjelasan dari orang dewasa bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan merupakan tindakan yang salah dan dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri, sehingga anak menganggap bahwa melakukan kekerasan adalah hal yang “wajar” dan “boleh dilakukan”.

Keterbatasan pemahaman anak mengenai konsekuensi dari tindakan kekerasan yang dilakukan, sehingga orang dewasa di sekitar anak perlu memberikan pemahaman ke anak mengenai apa saja perilaku yang termasuk dalam tindakan serta konsekuensi yang diperoleh anak ketika melakukan tindakan tersebut.

"Iya, karena anak merupakan peniru yang ulung dan apabila tidak disertai dengan pendampingan, anak belajar bahwa kekerasan adalah hal boleh atau wajar untuk dilakukan," jelasnya.

Jika seorang anak atau remaja telah memiliki jiwa kekerasan dapat dbenahi jiwanya seperti misalnya, berada di lingkungan aman dan nyaman ke anak.

"Bisa, dengan memberikan lingkungan aman dan nyaman untuk anak, memberikan dukungan agar anak bisa berhenti melakukan tindakan kekerasan, memberikan pemahaman mengenai konsekuensi atas tindakan kekerasan yang dilakukan," ujarnya.

Dari pengamatannya selama ini kurang lebih ada puluhan orang tua anak maupun pelajar telah melakukan konsultasi terkait dengan timbulnya jiwa kekerasan pada anak maupun remaja per tahunnya.

"Dari pengalaman saya sendiri, lebih dari 10 orang tua bersama anaknya sempat melakukan konsultasi per tahunnya," katanya.

Amadeandra menambahkan, ada beberapa upaya perlu dilakukan baik oleh pihak terkait maupun orang tua, yakni melakukan edukasi sedini mungkin mengenai cara-cara pencegahan tindakan kekerasan, bisa dimulai dari keluarga, sekolah, maupun lembaga yang menanganin tindak-tindak kekerasan

Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak, artinya lingkungan yang bebas dari tindakan kekerasan serta memberikan pendampingan ketika anak menonton film atau membaca cerita, memilih tontonan yang sesuai dengan usia anak.

Editor: Robby

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami