search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Zimbabwe Bakal Bantai 200 Gajah di Tengah Krisis Pangan
Minggu, 15 September 2024, 09:53 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Zimbabwe Bakal Bantai 200 Gajah di Tengah Krisis Pangan

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Zimbabwe akan memusnahkan 200 ekor gajah karena menghadapi kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah menyebabkan kekurangan pangan.

Dilansir AFP, Kamis (14/9), otoritas satwa liar Zimbabwe juga menerangkan langkah itu sekaligus mengatasi populasi hewan yang membengkak.

Di depan parlemen pada Rabu lalu, Menteri Lingkungan Zimbabwe Nqobizitha Mangaliso Ndlovu menilai negaranya memiliki lebih banyak gajah daripada yang dibutuhkan. Ia menambahkan pemerintah telah menginstruksikan Otoritas Taman dan Satwa Liar Zimbabwe (ZimParks) untuk memulai proses pemusnahan.

Langkah serupa terakhir kali dilakukan Pemerintah Zimbabwe pada 1988.

Direktur Jenderal ZimParks Fulton Mangwanya Ratusan mengungkapkan ratusan gajah itu akan diburu di daerah tempat mereka bentrok dengan manusia, termasuk Hwange, rumah bagi cagar alam terbesar di Zimbabwe.

Zimbabwe adalah rumah bagi sekitar 100 ribu ekor gajah dan memiliki populasi gajah terbesar kedua di dunia setelah Botswana.

Berkat upaya konservasi, Hwange menjadi rumah bagi 65 ribu ekor gajah, lebih dari empat kali lipat kapasitasnya.

Negara tetangga Namibia sebelumnya juga membunuh 160 gajah dalam pemusnahan lebih dari 700 gajah untuk mengatasi kekeringan terburuk dalam beberapa dekade.

Zimbabwe dan Namibia termasuk di antara sejumlah negara di Afrika bagian selatan yang telah mengumumkan keadaan darurat karena kekeringan. Namun, tindakan memburu hewan untuk makanan tidak disambut baik secara umum.

"Pemerintah harus memiliki metode yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mengatasi kekeringan tanpa memengaruhi pariwisata. Mereka berisiko menolak wisatawan dengan alasan etika. Gajah lebih menguntungkan jika hidup daripada mati," ujar Direktur lembaga nirlaba Centre for Natural Resource Governance Farai Maguwu.

"Kami telah menunjukkan bahwa kami adalah penjaga sumber daya alam yang buruk dan nafsu kami terhadap kekayaan yang diperoleh secara tidak sah tidak mengenal batas, jadi ini harus dihentikan karena tidak etis," katanya.

Namun, Chris Brown, seorang konservasionis dan CEO Kamar Lingkungan Namibia, mengatakan bahwa "gajah memiliki dampak yang menghancurkan pada habitat jika dibiarkan terus bertambah secara eksponensial". Padahal, spesies lain jua sama pentingnya dengan gajah.

"Gajah benar-benar merusak ekosistem dan habitat, dan berdampak besar pada spesies lain yang kurang ikonik dan karenanya kurang penting di mata orang-orang konservasi yang berpusat di Eropa dan berdiam diri di kota," katanya. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami