search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Iran Masa Bodoh Soal Hasil Pilpres AS: Bukan Urusan Kami
Kamis, 7 November 2024, 12:48 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Iran Masa Bodoh Soal Hasil Pilpres AS: Bukan Urusan Kami

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Iran mengeklaim tak akan terpengaruh apa pun atas hasil pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat.

Juru bicara pemerintah Iran, Fatemeh Mohajeran, mengatakan pemilu AS bukan urusan Iran dan tak akan memengaruhi Teheran, sebab kebijakan-kebijakan negara ini sudah sangat kuat.

"Pemilu AS bukan urusan kami. Kebijakan-kebijakan kami stabil dan tidak akan berubah hanya karena individu," kata Mohajerani pada Rabu (6/11) seperti dilaporkan kantor berita Tasnim.

Pejabat-pejabat Arab dan Barat sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa Trump kemungkinan bakal memperberat sanksi terhadap Iran, dan sebaliknya menguatkan dukungan pada Israel untuk mendorong Negeri Zionis menyerang situs nuklir Iran dan melakukan pembunuhan.

Mohajerani berujar kehidupan masyarakat Iran tak akan terpengaruh apa pun terhadap pemilu AS karena Teheran sudah memiliki kebijakan matang bagi masyarakat terlepas dari sanksi AS.

"Kami telah membuat prediksi yang diperlukan sebelumnya dan tak akan ada perubahan apa pun dalam kehidupan masyarakat," kata Mohajerani.

Sejalan dengan pemerintah, Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) juga menyatakan bahwa Teheran siap untuk berkonfrontasi dengan Israel, meskipun ada dugaan bahwa Trump akan mengguyur Negeri Zionis dengan berbagai bantuan.

IRGC sendiri tidak secara langsung merespons soal kemenangan Trump di pemilihan presiden Amerika Serikat.

"Zionis tak punya kekuatan untuk menghadapi kami dan mereka harus menunggu balasan kami. Kami punya banyak senjata di gudang untuk itu," kata Wakil Kepala IRGC Ali Fadavi.

Pernyataan Fadavi merujuk pada serangan balasan Iran atas serbuan Israel pada 25 Oktober lalu, yang menewaskan empat personel militer dan merusak segelintir fasilitas militer.

Pada awal pemerintahannya dulu, Trump menjatuhkan sanksi terhadap Iran usai menarik diri dari pakta nuklir 2015 antara Iran negara-negara berkekuatan nuklir.

Pakta itu membatasi program nuklir Iran yang dikhawatirkan dunia, dan sebagai gantinya memberikan keuntungan ekonomi bagi Iran jika bersedia melakukan pembatasan tersebut.

Pemberlakuan kembali sanksi AS pada 2018 pun memukul ekspor minyak Iran, memangkas pendapatan pemerintah, dan memaksa negara tersebut mengambil langkah-langkah yang tidak biasa seperti menaikkan pajak dan menjalankan defisit anggaran yang besar.

Kebijakan itu menjaga inflasi tahunan Iran mendekati 40 persen.

Selama AS dipimpin Trump, mata uang Iran melemah bahkan mencapai titik terendah sepanjang masa yaitu 700.000 riyal terhadap dolar AS di pasar bebas, menurut situs pelacakan mata uang Iran, Bonbast.com. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami