search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Krisis Air di Bali: Solusi dan Tindakan Mendesak
Minggu, 30 Maret 2025, 13:40 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/Krisis Air di Bali: Solusi dan Tindakan Mendesak.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Krisis air di Bali semakin nyata. Para ahli dan aktivis lingkungan menyerukan tindakan tegas untuk menghentikan alih fungsi hutan lindung dan lahan pertanian demi menyelamatkan ketersediaan air bersih.

Dalam diskusi terbatas bertajuk "Krisis Air di Bali: Apa Aksinya, Apa Solusinya?" yang digelar Kamis (27/3/2025), berbagai pihak sepakat bahwa gerakan bersama sangat diperlukan guna mendesak pemerintah menghentikan eksploitasi lahan yang berdampak pada krisis air.

Prof. Dr. Ir. Ni Luh Kartini, M.S:

Ahli lingkungan dan Guru Besar Unud bidang pertanian organik, Prof. Dr. Ir. Ni Luh Kartini, M.S., mengungkapkan bahwa ketersediaan air di danau-danau Bali berada dalam kondisi kritis akibat deforestasi dan alih fungsi hutan di sekitar danau.

“Danau-danau di Bali sudah semakin menyempit karena airnya berkurang, dan semua danau mengalami sedimentasi. Ini disebabkan penebangan hutan dan alih fungsi hutan di sekitar danau yang tidak terkendali. Jika ini dibiarkan tanpa solusi yang nyata, maka dalam waktu tidak terlalu lama kita akan kehilangan sumber air,” ujarnya.

I Wayan Aksara, Tokoh dan Aktivis Lingkungan:

Tokoh lingkungan BumiKita, I Wayan Aksara, menegaskan perlunya moratorium alih fungsi hutan untuk memastikan Bali memiliki tutupan lahan minimal 30 persen.

“Saya usulkan moratorium alih fungsi hutan. Tutupan lahan Bali 30 persen itu batas minimal, harusnya lebih dari itu. Jika tidak, maka krisis air bersih di Bali akan semakin parah,” ungkapnya.

Rektor Universitas Dwijendra Denpasar, Prof. Dr. Ir. I Gede Sedana, MMA:

Beliau menekankan bahwa pelestarian hutan merupakan bagian penting dari visi pembangunan Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Pengawasan ketat terhadap peraturan hutan desa sangat diperlukan guna menjaga kelestarian sumber daya air.

Dr. I Wayan Mertha, S.E, M.Si:

Mantan Bendesa Adat Kedonganan, Dr. I Wayan Mertha, menyoroti ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan air. Ia mempertanyakan kontribusi perusahaan pengguna air bawah tanah (ABT) dalam pelestarian lingkungan.

“Seberapa keuntungan dari perusahaan yang menggunakan ABT untuk pelestarian lingkungan?” tanyanya.

Prof. Arya Thanaya:

Beliau mengusulkan pemerintah untuk lebih banyak membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) guna mengurangi penggunaan air bersih secara berlebihan.

Dwi Atmika,

Ketua HKTI Bali:Dwi Atmika menyarankan penanaman kopi di kawasan hutan sebagai solusi konservasi air.

“Tanaman kopi memiliki fungsi hidrologi, bisa menahan air. Karena kalau tanam kopi pasti juga menanam tanaman pelindung,” usulnya.

Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si, Ketua Paiketan Krama Bali:

Kurangnya ketegasan pemerintah dalam menegakkan aturan menjadi perhatian utama. Jondra mengkritisi sikap pasif Satpol PP dalam menindak pelanggaran tata ruang.

Ida Rsi Wisesanatha, Pembina Paiketan Krama Bali:

Ida Rsi menekankan pentingnya strategi yang melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh dalam pemerintahan agar gerakan penyelamatan hutan dan air dapat berhasil.

Dengan semakin parahnya kondisi krisis air di Bali, diskusi ini menghasilkan dorongan agar pemerintah segera mengambil langkah nyata dalam upaya pelestarian lingkungan dan pengelolaan sumber daya air.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami