search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Warga Nekat Pulang ke Zona Bahaya Untuk Urus Sampi dan Kucit
Jumat, 1 Desember 2017, 06:58 WITA Follow
image

beritabalicom

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Meski pemerintah sudah mengimbau agar kawasan rawan bencana tiga (KRB III) atau zona berbahaya letusan Gunung Agung untuk  dikosongkan, namun masih ada warga yang tetap nekat pulang. Warga mengaku nekat pulang ke rumah untuk mengurus ternaknya agar tidak mati kelaparan saat ditinggal mengungsi.
 
Pasca semakin meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung Bali, petugas terus melakukan penyiriran ke pemukiman warga yang berlokasi di zona merah atau berbahaya letusan Gunung Agung.
 
Desa-desa yang masuk zona merah akibat aktivitas Gunung Agung ini seharusnya sudah steril dari segala bentuk aktivitas warga.
Dalam penyisiran ke desa yang berjarak 7,5 kilometer dari Gunung Agung ini, ternyata masih ada warga yang tetap berada di radius berbahaya.
 
Seperti di lingkungan Mondet, Banjar Juntal Kaja, Desa Kubu, Karangasem. Warga terlihat masih melakukan kegiatan sehari hari.
 
Warga mengaku masih bertahan karena harus tetap memberikan pakan ternak mereka seperti sampi (sapi) dan kucit (babi), yang hingga saat ini belum bisa dievakuasi ke lokasi aman.
 
Warga yang dijumpai tim Beritabali.com, mengaku sudah ada yang mengungsi ke tempat yang lebih aman, namun mereka nekat kembali ke rumah di siang hari untuk memberi makan ternaknya. Warga kemudian kembali ke pengungsian di malam hari setelah selesai mengurus ternaknya.
 
"Saya terpaksa pulang untuk urus ternak, saya punya sapi dan beberapa ekor babi, jika tidak diberi makan, nanti mati," ujar Komang Lara, salah seorang warga di zona berbahaya letusan,Kamis (30/11).
 
Warga berharap pihak pihak terkait membantu mengungsikan ternak mereka ke lokasi aman. Bagi sebagian warga desa ini, hanya ternak ternak seperti sapi dan babi yang kini menjadi harta berharga mereka, untuk kelanjutan hidup mereka di masa yang akan datang.
 
Warga juga enggan menjual ternak mereka, karena dengan kondisi saat ini, pasti akan ditawar dengan harga yang sangat murah sehingga merugikan warga desa.[bbn/wis/psk]

Reporter: bbn/dps



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami