Menelusuri Masa Lalu Singaraja Sebagai Ibu Kota Pertama Bali
bbn/bbn/Perangko Patung Singaraja oleh Mandamaruta/Menelusuri Masa Lalu Singaraja Sebagai Ibu Kota Pertama Bali.
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BULELENG.
Di tengah wacana mengembalikan status ibu kota provinsi Bali ke Singaraja, dulunya memang Kota di Buleleng ini sempat menjadi ibu kota hingga tahun 1958 kemudian dipindah di kota Denpasar.
Pada abad ke-17 dan abad ke-18, Singaraja merupakan pusat kerajaan Buleleng. Dulu ibu kota kerajaan berada di Sukasada. Pada saat itu I Gusti Anglurah Panji Sakti berpikir agar istana berkedudukan di tempat yang strategis.
Akhirnya dipilihlah kota Singaraja. Nama kota ini diambil dari kewibawaan sang raja I Gusti Anglurah Panji Sakti yang sangat berwibawa dan sakti layaknya seekor singa. Pada tahun 1846 bangsa Belanda menjajah bagian Bali utara. Kemudian Singaraja sempat menjadi ibu kota Kepulauan Sunda Kecil dan juga menjadi ibukota Bali sampai tahun 1958.
Kini Singaraja adalah ibu kota kabupaten Buleleng, Bali. Luasnya mencapai 27,98 kilometer persegi.
Awal Mula Kota Singaraja
Singaraja tidak hanya memiliki peran penting pada zaman kerajaan. Setelah Indonesia merdeka, Singaraja di Buleleng sempat memiliki fungsi yang setara seperti keberadaan Kota Denpasar saat ini.
Baca juga:
Nyepi, Jalanan Kota Singaraja Lengang
Pada waktu itu, Singaraja menjadi Ibukota Provinsi Soenda Ketjil yang wilayahnya mencakup 3 provinsi saat ini, yakni Bali, Nusa Tenggara Barat, serta Nusa Tenggara Timur.
Berdirinya Kerajaan Buleleng yang punya Ibu Kota Singaraja diawali oleh langkah I Gusti Anglurah Panji Sakti sebagai raja pertamanya. Beliau merupakan anak dari selir I Gusti Ngurah Jelantik yang memiliki nama Si Luh Pasek Gobleg.
Pada masa kecilnya, I Gusti Panji dikenal sebagai sosok yang punya kekuatan supranatural. Tahun 1660, I Gusti Panji mendirikan Kerajaan Buleleng setelah menaklukkan wilayah Den Bukit yang sebelumnya diperintah oleh ayah kandungnya.
Pada tahun 1732, sempat terjadi pergolakan pemerintahan di Kerajaan Buleleng yang jatuh ke tangan Kerajaan Mengwi. Kekuasaan Mengwi di Buleleng berlangsung sampai 1752. Hanya saja, tak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 1780, Buleleng lagi-lagi jatuh ke tangan kerajaan lain. Kali ini kerajaan yang menjadi penguasanya adalah Kerajaan Karangasem.
Baca juga:
Sejarah Komunitas Muslim di Kampung Gelgel
Perpindahan kepemimpinan di Kerajaan Buleleng kembali terjadi ketika kekuatan Kerajaan Karangasem melemah. Apalagi, Kerajaan Buleleng juga harus menghadapi gempuran dari Belanda.
Akhirnya, pada tahun 1849, kepemimpinan Wangsa Karangasem di Buleleng berakhir dan kekuasaan Buleleng kembali jatuh ke Wangsa Panji Sakti. I Gusti Ketut Jelantik menjadi sosok terkenal dari Kerajaan Buleleng yang melakukan perjuangan secara gigih melawan Belanda.
Singaraja Ibu Kota Soenda Ketjil
Ketika masa penjajahan Belanda, Kota Singaraja menjadi ibu kota dari Residen Bali Lombok. Peran tersebut terus berlanjut dengan pendirian Provinsi Soenda Ketjil pada tahun 1945, setelah Indonesia meraih kemerdekaan.
Hanya saja, eksistensi Provinsi Soenda Ketjil sangat singkat. Mr. I Gusti Ketut Pudja merupakan gubernur pertama sekaligus terakhir dari Provinsi Soenda Ketjil.
Keberadaan Provinsi Soenda Ketjil bisa dibilang merupakan salah satu bukti kejayaan wilayah Indonesia Timur. Apalagi, wilayah dari Soenda Ketjil sangat luas. Tidak hanya mencakup NTB dan NTT, tetapi juga beberapa pulau kecil yang ada di sekitar perairan Kepulauan Maluku.
Informasi sejarah mengenai keberadaan Provinsi Soenda Ketjil pun terangkum secara komplet di Museum Soenda Ketjil yang ada di Singaraja.
Dengan perjalanan sejarah yang cukup panjang itu, Singaraja menyimpan banyak peninggalan benda-benda bersejarah yang menarik untuk dikunjungi. Apalagi, keberadaan benda-benda bersejarah di kota ini juga masih terawat cukup baik. (sumber: diolah dari berbagai sumber)
Editor: Robby
Reporter: bbn/net