search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kaki Diabetes Kerap Diderita Pasien Diabetes di Bali, Begini Penjelasannya
Selasa, 2 Juli 2024, 17:10 WITA Follow
image

beritabali/ist/Kaki Diabetes Kerap Diderita Pasien Diabetes di Bali, Begini Penjelasannya.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah diabetes sebanyak 19,5 juta penderita di tahun 2021 dan diprediksi akan menjadi 28,6 juta pada 2045 berdasarkan International Diabetes Federation (IDF). 

Bahkan untuk di Bali pada tahun 2024 ini, jumlah penderitanya tidak saja dari kalangan lansia, namun juga ditemukan pada balita, remaja hingga kelompok umur produktif. 

Terlebih, menurut Dokter Spesialis Bedah Umum RS Garbamed, I GB Dharma Prakasa M.,Sp.B., tingkat keparahan pasien diabetes di Bali cukup tinggi. Karena tidak sedikit, menyebabkan dampak pada kondisi tubuh penderitanya. 

"Hal ini karena penyakit diabetes bisa mempengaruhi setiap bagian tubuh penderitanya. Namun yang paling sering terpengaruh adalah bagian kaki, atau dikenal dengan istilah Kaki Diabetes/ Diabetic Foot Ulcer (DFU)," jelasnya Senin (1/7/2924).

DFU ini, merupakan salah satu komplikasi kronik dari diabetes melitus dengan karakteristik adanya neuropati sensorik, motorik, otonom serta gangguan makrovaskuler dan mikrovaskuler berupa luka. 

Luka yang terjadi lebih dari tiga hari bisa menyebabkan kerusakan epitelium dan membran basalis, infeksi hingga amputasi, dan kematian. Adapun faktor penyebab dari kaki diabetes ini antara lain, kondisi pasien yang sudah masuk tahap hiperglikemia neuropati. 

Kondisi ini menyebabkan keterbatasan sendi dan deformitas karena kadar glukosa yang tinggi sehingga menyebabkan membran sel kehilangan fungsinya. Selain itu, bisa juga karena perubahan fisiologis yang diinduksi oleh hiperglikemia pada jaringan ekstremitas bawah.

Termasuk penurunan potensial pertukaran oksigen dengan membatasi proses pertukaran atau melalui induksi kerusakan pada sistem saraf otonom yang menyebabkan sunting darah yang kaya oksigen menjauhi permukaan kulit.

"Defisiensi oksigen yang disebabkan oleh patologi makrovaskuler dan mikrovaskuler menjadi hal yang paling penting dalam mekanisme terjadinya kaki diabetes," urainya. 

Lantas, terapi apa untuk penanganan penderita kaki diabetes ini? dr. Pras panggilan akrabnya, penatalaksanaan kaki diabetik dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, pertama, pencegahan primer pencegahan sebelum terjadi perlukaan pada kulit dan pencegahan sekunder (pencegahan dan penatalaksanaan ulkus/gangren diabetik yang sudah terjadi) agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah. 

Pencegahan primer biasa dalam bentuk sosialisasi kepada pasien diabetes dengan kondisi kaki yang masih baik (belum tampak luka atau gangren) selama mungkin dan tidak berlanjut ke tingkat yang lebih berat. 

"Upaya ini juga harus dilakukan beriringan dengan sosialisasi mengenai kontrol gula darah untuk pasien diabetes melitus, seperti diet, olahraga, dan perubahan gaya hidup. Karena menurutnya, edukasi pasien dan praktek mandiri pasien sangat penting," lanjutnya. 

Khusus mengenai perawatan kaki bagi pasien dengan risiko, seperti menjaga kebersihan kaki, mempertahankan kelembaban kulit kaki dengan pelembab, dan perawatan kuku. Selanjutnya adalah pencegahan sekunder ini meliputi, aktivitas kontrol berkala, seperti kontrol metabolik, kontrol neuropati, kontrol vaskuler, kontrol mekanis-tekanan, kontrol luka dan mikrobiologi- infeksi. 

"Karena deteksi dini patologi kaki, khususnya pada pasien dengan risiko tinggi, membantu untuk menentukan intervensi awal dan mengurangi potensi perawatan di rumah sakit atau amputasi," tambahnya. 

Editor: Robby

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami