search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ritual Nyelung Dilakukan Setiap 10 Tahun, Begini Maknanya Bagi Subak Gede Buahan
Kamis, 25 Juli 2024, 15:59 WITA Follow
image

beritabali/ist/Ritual Nyelung Dilakukan Setiap 10 Tahun, Begini Maknanya Bagi Subak Gede Buahan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Subak Gede Buahan yang terdiri dari Subak Buahan, Subak Susut, Subak Selat dan Subak Tengipis menyelenggarakan Ritual Nyelung

Nyelung merupakan ritual mempersembahkan hasil pertanian ke Pura Pucak Pausan, Desa Adat Pausan, Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar.

Acara ini diselenggarakan setiap 10 tahun sekali, yakni setiap tahun Masehi berakhiran angka empat, bertepatan dengan dilaksanakan upacara piodalan di Pura Pucak Pausan, yang jatuh setiap Purnama Kasa, dua tahun sekali. Tahun ini puncak Ritual Nyelung dilaksanakan Rabu (24/7).

Nyelung berasal dari kata jelung, di mana berarti sebuah wadah dari anyaman bambu yang besar (sokasi besar), yang digunakan untuk wadah hasil pertanian yang akan dipersembahkan. 

Upakara yang disebut Ratu Jelung itu, diarak oleh Krama subak secara estafet dari Pura Puseh Desa Adat Buahan menuju Pura Pucak Pausan yang berjarak sekitar 10 kilo meter, dengan berjalan kaki.

Pekaseh Subak Tengipis I Nyoman Rawi mengungkapkan, Ritual Nyelung merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Ida Sanghyang Widhi atas hasil pertanian yang dilimpahkan. 

Selain itu, Ritual Nyelung merupakan persembahan karena Beliau telah melimpahkan amerta untuk kehidupan warga. "Makna dari Ritual Nyelung ini sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kehadapan Ida Sanghyang Widhi atas hasil pertanian yang dilimpahkan. Harapannya, dengan ritual ini hasil pertanian subak ke depan bertambah baik," ungkapnya.

Katanya, Ritual Nyelung merupakan sebuah tradisi yang dilaksanakan sejak bertahun- tahun. Tak jelas kapan mulainya.

"Kami hanya melanjutkan tradisi yang memang sudah dilaksanakan oleh tetua pendahulu kami. Kami yakini ritual ini memiliki nilai positif bagi krama subak," katanya.

Diceritakan, jelung merupakan sebuah wadah yang didalamnya berisi berbagai produksi pertanian, pala bungkah dan pala gantung, babi, ayam, itik, dan miniatur alat pertanian. Semua itu dilengkapi dengan upakara Banten, dan dihias sedemikian rupa sehingga terlihat sakral dan menarik sebagai upakara persembahan.

Jelung diarak dari Pura Puseh Desa Adat Buahan, oleh Subak Buahan dan Subak Susut dan diiringi perlengkapan umbul-umbul, tedung, lantaran diiringi tetabuhan gong. Setelah sampai di Balai Banjar Selat pengarak digantikan Krama Subak Selat, sampai di Pertigaan Banjar Tengipis. Lalu digantikan oleh Krama Subak Tengipis sampai di Pura Pucak Pausan.

Sampai di Pura Pucak Pausan, jelung diarak mengelilingi Pura Pucak Pausan sebanyak tiga kali, masing-masing masing subak satu putaran. Selanjutnya jelung diletakkan pada suatu tempat di utama mandala Pura Pucak Pausan dilanjutkan dilakukan pemujaan untuk persembahan.

Editor: Robby

Reporter: bbn/gnr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami