search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Inggris Krisis Pangan, Warga Cuma Boleh Beli Tiga Tomat di Swalayan
Kamis, 2 Maret 2023, 10:08 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Inggris Krisis Pangan, Warga Cuma Boleh Beli Tiga Tomat di Swalayan

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Inggris didera krisis pangan parah, sampai-sampai sejumlah pasar swalayan besar di negara itu harus membatasi jumlah buah dan sayur yang dapat dibeli warga. Teranyar, jaringan swalayan Lidl pada Selasa (28/2) mengikuti jejak para pesaingnya untuk membatasi pembelian sayur dan buah.

Juru bicara Lidl di Inggris mengatakan kepada CNN bahwa pasokan sayur dan buah swalayan itu sebenarnya baik-baik saja, tapi mereka membatasi pembelian karena permintaan meningkat.

Beberapa pekan sebelumnya, setidaknya enam jaringan swalayan besar di Inggris sudah lebih dulu menerapkan pembatasan pembelian sayur dan buah.

Jaringan ritel pangan terbesar di Inggris, Tesco, membatasi penjualan hingga pelanggan hanya bisa membeli masing-masing tiga tomat, mentimun, dan paprika.

Swalayan Inggris ramai-ramai membatasi pembelian sayur dan buah warga karena permintaan meningkat pesat dalam beberapa bulan belakangan, sementara stok menipis.

Harga bahan pangan di pasaran pun melonjak dalam empat pekan hingga 19 Februari. Merujuk pada data Kantar, angka itu naik 17,1 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Ini merupakan inflasi harga pangan tertinggi sejak perusahaan Kantar mulai mencatat data pada 2008 silam.

Kepala unit data konsumen dan ritel Kantar, Fraser McKevitt, mengatakan kenaikan harga ini sangat berdampak pada kehidupan warga yang sebelumnya saja sudah kesulitan.

"Riset terbaru kami menunjukkan inflasi harga pangan menjadi isu finansial kedua yang paling penting bagi publik setelah harga energi," ucap McKevitt.

Pemerintah Inggris dan sejumlah swalayan berpendapat krisis pangan ini terjadi akibat cuaca buruk di negara-negara pengekspor pangan, seperti Spanyol dan Maroko.

Namun, petani juga menyalahkan kendala lainnya, seperti biaya energi, juga kekurangan tenaga kerja hingga batasan perdagangan akibat Brexit.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami